Foto: Arius Kogoya |
WAMENA, PACEKRIBO - Pendidikan adalah salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan seseorang, tidak hanya itu pendidikan juga berperan besar bagi kemajuan dan perkembangan sebuah bangsa. Sebuah bangsa yang maju dan besar tentu ditunjang dengan kualitas pendidikan yang memadai bagi warganya.
Wajah pendidikan Indonesia
kian murung, mulai dari rendah dan minimnya fasilitas pendidikan berikut dengan
Sumber Daya Manusia pendukungnya yang banyak ditemukan di daerah perbatasan
serta terpencil.
Dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh The Social Progress Imperative ditemukan bahwa Negara-Negara di
Asia terus mengalami pertumbuhan dari segi kualitas pendidikannya. Ini terukur
dari beberapa faktor seperti tingkat keaksaraan dewasa, kemauan pendaftaran ke
sekolah dasar, kemauan pendaftaran ke sekolah menengah, dan kesetaraan gender
di dalam pendidikan.
Kurang lebih sekitar 6 aspek
antaranya Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi, Politik, sosial dan budaya perlu
diperhatikan adalah di sektor Pendidikan karena menurut pemahaman bodoh saya, jika
di bidang pendidikan diperhatikan baik, mulai dari kualifikasi tenaga pengajar,
fasilitas, dan kepala dinas pendidikan tentu pembangunan di suatu daerah akan
berjalan baik. Karena rohnya pembangunan ada di sektor pendidikan, pendidikan
baik dan berkualitas maka, output yang di hasilkan tentu tidak diragukan lagi
kemampuanya.
Jika seorang anak berbuat
kesalahan seringkali orang bertanya-tanya siapa punya anak.?, anaknya siapa?
orang tuanya pernah didik atau tidak.? ini pertanyaan yang sering muncul di kalangan
masyarakat.
Sama halnya keberhasilan
anak murid adalah kebanggaan tersendiri buat guru, tetapi jika anak didiknya
berbuat kesalahan maka, kegagalan guru dalam mendidik. Maka disektor pendidikan
sangatlah penting jika, kesehatan masyarakat baik dan berkualitas, kesehatan,
gizi anak baik, itu diukur dari cara pendidikan yang baik dan berkualitas, kita
tidak perlu datangkan tenaga medis, dokter, spesialis, dari luar tapi kita
hanya mengevaluasi metode pendidikan yang baik itu cukup.
Metode sistem pendidikan
desentralisasi ini membuat pendidikan di papua hanya statis tidak dinamis,
kembalikan kepada pemerintah daerah untuk kembali kaji, sesuai dengan kondisi
geografis daerah masing-masing.
Hari ini kita tidak
perhatikan baik di bidang pendidikan maka, hanya sebuah mimpi seperti untuk
merubah hari esok.
Anak yang lahir normal,
dengan kesehatan anak yang baik semua tergantung pada pendidikan jika anak
didik mendapat pendidikan yang baik maka, dia akan membangun daerahnya, dalam
segalah aspek.
Sanagat disayangkan dan
sangat diragukan pendidikan dijadi lahan bisnis kebanyakan di Papua pada
khususnya, sekolah-sekolah yayasan di buka hanya untuk mendapat uang, mereka
yang sekolah disana kategori ekonomi orang-orang tuanya mampu. Tapi sangat
disayang sekolah-sekolah lain sekolah dijadikan sebagai absensi guru-guru, dan
siswa/si wajib absen antara guru dan siswa, guru absen takut gaji ditahan,
siswa absen takut tahan kelas.
Jika cara ini jadi budaya
pendidikan maka, kapan negara ini maju, makmur, dan sejahtera rakyatnya.
Kembali kepada kesadaran pemerintah daerah.
contoh dari negara
Singapura. Meski tidak memiliki kekayaan alam, Singapura dapat menjadi negara
yang maju karena kualitas manusianya.
Satu-satunya sumber daya
alam di Singapura itu manusianya. Airnya saja diimpor dari Malaysia. Tambang
tidak ada, minyak tidak ada, bisa maju, itu karena sistem pendidikan.
Dari hasil penelitian yang
ada, Korea Selatan bertengger di nomor 1.
Korea mengalahkan Jepang
yang meskipun investasi dalam pendidikan anak usia dini cukup tinggi
tetapi masih belum mampu mengimbangi model pendidikan Korea Selatan yang bahkan
memberlakukan lama belajar selama tujuh hari kerja.
Negara ini semua pikiran
terkuras habis oleh politik now sejak masa kepemimpinan Presiden Republik
Indonesia Ir. Joko Widodo, karena menerapkan pemilihan serentak.
Dengan sistem pemilihan
serentak calon wali kota, calon bupati dan calon gubernur, putaran pertama,
kedua dan ketiga berlaku sejak tahun 2016, putaran pertama, tahun 2017 putaran
kedua, dan putaran ketiga di tahun 2018.
Hal ini benar-benar terkuras
habis mulai dari segi material dan terkuras habis pikiran nonmaterial.
Di sektor lain tidak di
bicarakan macam negara ini mau dijadikan negara indeks prestasi berpolitik
tinggi di tingkat kanca nasional, regional, domestik, dan internasional.
Di pilar lain tidak
perhatikan, menjadi cela bagi kaum brojus untuk mencari keuntungan sendiri
tanpa memikirkan rakyat kecil.
Penulis: Arius Kogoya, S.HI
Editor: Nuken
0 comments:
Post a Comment
Gunakan kata-kata yang baik, sopan dan santun.
Dilarang keras Komentar yang berbau SARA, Pornografi, Pelecehan dan Kekerasan.
Orang Pintar Pasti Komentar Yang Berkualitas.