Foto Nuken Kogoya Tenggah, Bersama Teman-teman |
SURABAYA, PACEKRIBO - Syalom, Salam sejahterah didalam kasih Tuhan.
Pertama-tama marilah kita panyatkan puji dan syukur kepada Tuhan Allah yang
Maha Besar, karena atas kasih dan perlindungannya sehingga kita bisah melakukan
segala sesuatu sampai detik ini.
Saya
bersyukur kepada Tuhan karena apa yang Tuhan buat dalam kehidupan ini sangat
indah dan luar biasa. Saya tidak sadar, ternyata saya sudah sampai disini.
Perjuangan
pendidikan, itu tidak mudah, harus orang-orang yang mempunyai motivasi yang
kuat agar bisa bersaing dalam pendidika itu sendiri. Dan bisa berjuang hingga
akhir. Dalam pendidikan itu juga butuh dorongan, motivasi dan finansial dari
orang-orang terdekat. Namun saya bersyukur karena saya mempunyai kaka, kawan,
dan ade-ade yang baik hati. “Kalian selalu perhatikan saya, tanya kondisi saya,
berdoa buat saya".
Berbicara
mengenai pendidikan, kita semua pasti sudah mengetahui bahwa begitu pentingnya
pendidikan bagi manusia. Dengan adannya pendidikan ini maka manusia atau
seseorang dapat mempunyai pengetahuan, kemampuan dan sumber daya manusia yang
tinggi. Hal-hal tersebut menjadi salah satu modal yang berharga yang dapat kita
miliki untuk tetap hidup di zaman yang serba sulit ini.
Saya
baru saja lulus di kampus Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Dan baru memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) saya
telah di wisudakan di pada tanggal 31/10/2016 di Gedung Bima UNESA.
Perjuangan
pendidikan, ini tidak terlepas dari peran keluarga terdekat, dorongan, motivasi
dari kerabat, teman dan kawan-kawan jalanan yang setia mendukung saya, baik
dalam doa maupun finansial sehingga saya bisah menyelesaikan studinya di kampus
tercinta “Universitas Negeri Surabaya (UNESA)” Terima kasih untuk semua
kawan-kawan yang sudah bantu saya selama ini.
Gelar
Sarjana Hukum (S.H.) ini saya mempersembahkan kepada mereka yang sangat spesial
buat saya, yang pernah makan bersama, pernah tidur bersama. Dan mereka adalah
Bapa dan Mama saya.
Yang
pernah melahirkan saya, membesarkan saya, dan mendidik saya untuk menjadi orang
yang berguna. Bapa yang rendah hati, sang revolusioner. Saya masih ingat kata
Bapa dulu dikali bailem
Bapa
pernah bilang “jangan pernah orang lain
memimpinmu, kamu harus berdiri sendiri, ini Negerimu, Tanah ini Milikmu” Bapa
saya janji, saya tidak akan lupa kata bapa, saya akan pegang terus misi
bapa Walau saya masuk dalam sistem ini.
Saya
tau mereka ada dimana sekarang, namun mereka pasti bahagia melihat anaknya
sukses dalam pendidikan ini. Saya tau pengorbanan Ibu dan Bapa sangat luar
biasa. Namun saya tidak bisah membalas semua pengorbananmu itu. Ibu dan bapa
aku sayang kalian walau tidak bersama saya disini, tidak foto bersama, saat
saya wisuda, tidak makan bersama pas acara syukuran wisuda ini.
Hanya gelar
ini untukmu ya mama dan bapa... Saya ber’utang pada ibu dan bapa. Suatu saat kita
akan ketemu. (Nuken)