Oleh: Maiton Gurik
Foto Maiton Gurik (Foto Profil FB) |
JAKARTA, PACEKRIBO - Dari sekian banyak persoalan Papua, salah satunya
adalah masyarakat melawan ketidakadilan, hukum yang cacat moral, kekerasan dan
budaya ketidakadilan yang masih dipelihara oleh negara penjajah seperti warisan
para Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun lamanya.
Penjajah merupakan sumber
utama dari ketidakadilan dan ketidak berdayaan masyarakat terjajah. Oleh sebab
itu, masyarakat Papua melawan ketidakadilan terhadap Negara sebagai mental
penjajah. Bila menggunakan kelemahan sebagian moral negara dan kebijakan publik
yang masih mewarisi mental penjajah. Agar mencari keuntungan dengan atas nama
negara, mengambil sumber daya alam dengan kejam dan keji membuat hukum menjadi
pasal karet, ketimpangan sosial membengkak, ekonomi kapitalis mengakar
melahirkan konflik sosial dan menciptakan ketegangan terhadap kaum wong cilik,
membuatnya duka dan luka ketimbang suka dan cita. Karenanya, semua organisasi,
pagayuban, LMS, OKP, dan organisasi kemasyarakatan mencoba menggalang
kebersamaan untuk melawan ketidak adilan terhadap negara secara sukarela dan
revolusioner. Walau, negara mencoba membangun Papua sejak masa orba hingga
reformasi.
Dengan sejenis pendekatan
Otsus, Up4p, dan Otsus Plus. Namun, tidak dapat membuahkan hasil yang
diharapkan - kepemimpinan Jokowi sekalipun itu, hanyalah menjadi janji-janji
manis dipanggung politiknya. Sudah sedemikian, sikap tidak tau malu pun tidak
ada sama sekali terhadap negara tetangga, yang sudah pandangan dan wawasan nya
jauh memikirkan tentang kehidupan mereka di luar angkasa, sementara negeri ini
masih diadu domba dan saling sikat. Isu SARA masih dipelihara, budaya korup
menjadi penyakit penguasa, praktek hukumnya menjadi pecundang dan kaku, yang
salah dibenarkan dan sebaliknya yang benar disalahkan. Apa karena, penyakit
jaman Belanda dengan politik divide et impera itu masih dipelihara? Bisa ia,
bisa juga tidak. Tergantung kita melihatnya, sandiwara yang dimainkan oleh
negara abuti (Abunawas Tinggi) ini.*
Kuningan, 28 November 2017.
Editor: Nuken
0 comments:
Post a Comment
Gunakan kata-kata yang baik, sopan dan santun.
Dilarang keras Komentar yang berbau SARA, Pornografi, Pelecehan dan Kekerasan.
Orang Pintar Pasti Komentar Yang Berkualitas.