Sofyan Yoman tenggah, beserta rombongan ketika memberikan salam kepada Umat Baptis di acara penutupan Kongres di Yomaima Wamena. Kamis, 14/12/2017. Foto: Nuken/MW |
Oleh Dr. Socratez S.Yoman
1. Pendahuluan
Dulu, dalam hidup rakyat
West Papua yang bermukim di pegunungan/pedalaman ada nilai hidup turun-temurun.
Nilai apa itu?
Ada kerjasama dan saling
mendukung satu sama lain dalam benyak hal. Dari banyak nilai itu, penulis
mengambil satu contoh nilai keberadaban suku Lani.
Biasanya ada satu keluarga
atau sekelompok orang mengundang saudara-saudaranya datang untuk membantu
membuat honai, pagar dan membuat kebun baru. Singkat kata, meminta tenaga atau
tangan untuk membantu.
Tugas pengundang ialah
menyediakan makanan dengan cara masak dengan pakai batu yang dipanaskan dengan
api (bakar batu). Para undangan yang sudah memberikan sumbaga tenaga dan tangan
itu diberikan makan. Itu selalu hadir hampir ratusan bahkan ribuan orang.
Walaupun banyak makanan itu tidak pernah habis bahkan kelebihan.
Dalam kehidupan dan
peradaban ini dibangun dan dilestarikan dan dijaga turun-temurun. Karena dalam
acara masak bakar batu secara besar-besaran seperti ini, ibu-ibu janda dan
anak-anak yatim piatu dan orang-orang yang berkekurangan diberikan makanan. Ada
nilai kemanusiaan, nilai kasih dan nilai kebersamaan.
2. Bakar Batu dan Kampanye
politik Nilai yang dulu ada dalam
kalangan orang Lani ini tidak hilang. Nilai ini masih dipelihara sampai saat
ini, bahkan dalam kampanye politik praktis pun nilai ini dilestarikan.
Apapun penilaian orang lain,
itu hak setiap orang untuk melihat dan menilai tentang bakar batu dan kampanye
politik. Saya melihat beberapa nilai positif:
2.1. Para politisi
menghendaki orang-orang yg datang dukung mereka dalam kampanye tidak pulang ke
rumah dengan kelaparan. Para politisi menghormati mereka dengan memberikan
mereka makanan. Artinya, ini bukan berarti suara rakyat digadaikan dengan
makanan.
2. 2. Umpanya uang yang
dibelanjakan untuk membeli babi, sayur, ubi, kayu bakar adalah milik rakyat
maka uang itu beredar dalam [11:52 AM, 6/23/2018] President Baptist: masyarakat. Ini para politisi cerdas
dan berhikmat. Uang hampir ratusan juta bahkan milyaran itu diterima rakyat.
Ada upaya pemberdayaan ekonomi rakyat walaupun itu misi politik sesaat.
2.3. Tidak ada makan siang
tanpa bayar (today is no free lunch). Tidak ada perbedaan kampanye dalam gedung
dengan membeli nasi bungkus dan kue dan sejenisnya. Bedanya ialah cara, bentuk
dan tempatnya.
2.4. Pendekatan seperti ini
menurut saya, para politisi ini tahu nilai hidup, tahu nilai budaya mereka,
tidak mau membuat sesamanya susah/pulang dengan lapar, tahu berterima kasih kepada
orang-orang yang menghormati undangan mereka.
2.5. Hanya, saya pesan
kepada para politisi yang berkompetisi jangan memaksa rakyat untuk mengikuti
kemauan kalian, biarkan rakyat melihat, mendengar dan menilai dan memutuskan
pilihan mereka dengan hati nurani dan hak politik mereka.
Akhirnya, Doa dan harapan
bapak Gembala supaya Pilkada dan Pilgub Papua pada 27 Juni 2018 berjalan dengan
damai.
Waa…kinaonak.
Ita Wakhu Purom, Sabtu, 23
Juni 2018; 11:23
0 comments:
Post a Comment
Gunakan kata-kata yang baik, sopan dan santun.
Dilarang keras Komentar yang berbau SARA, Pornografi, Pelecehan dan Kekerasan.
Orang Pintar Pasti Komentar Yang Berkualitas.