Korban putri
Papua (Naomi) masuk saat gubernur Papua Sedang berbicara di Asrama Papua
Kamasan I Jogja, depan ratusan orang Papua yang sedang menyaksikannya,
04/08/2016. Gambar: Doc WANI
|
JOGYAKARTA, PACEKRIBO - Sejumlah pelajar asal Papua di Yogyakarta mengalami
kekerasan aparat polisi lalu lintas pada Rabu 3 Agustus 2016. Naomi Aim, (16),
pelajar dari Papua, menjadi salah satu korban tindakan represif aparat.
Mengendarai sepeda motor Yamaha RX King dari Maguwoharjo, Sleman, ia dihentikan
polisi. Naomi hendak ke Asrama Mahasiswa Papua Kamasan I, Jalan Kusumanegara,
Kota Yogyakarta, untuk ikut berdialog dengan Gubernur Papua Lukas Enembe.
Naomi mengaku memakai helm saat berkendara. Meski begitu, dia tetap dicegat polisi di depan Kebun Binatang Gembiraloka. "Saya mengerem tiba-tiba, lalu jatuh. Tapi tak langsung ditolong. Polisi malah memukuli saya. Alasannya, tak bawa helm. Padahal, helm saya jatuh menggelinding belum saya ambil," ujar Naomi saat ditemui di Asrama Mahasiswa Papua Kamasan I.
Naomi mengaku memakai helm saat berkendara. Meski begitu, dia tetap dicegat polisi di depan Kebun Binatang Gembiraloka. "Saya mengerem tiba-tiba, lalu jatuh. Tapi tak langsung ditolong. Polisi malah memukuli saya. Alasannya, tak bawa helm. Padahal, helm saya jatuh menggelinding belum saya ambil," ujar Naomi saat ditemui di Asrama Mahasiswa Papua Kamasan I.
Berikut video korban
putri Papua masuk saat gubernur Papua Sedang bicara yang diunggah oleh channel
YouTube Angin Selatan:
Naomi mengalami luka di kaki dan
tangan. Bahkan, Naomi mengaku mukanya sempat ditendang polisi. Motornya ditahan
polisi dan dia harus berjalan kaki ke asrama yang jaraknya sekitar satu
kilometer. Tiba di Asrama Papua, Naomi menangis di tengah dialog antara
mahasiswa dengan Gubernur Enembe. Alfeus Asso, mahasiswa Papua, mengatakan
polisi juga melakukan sweeping di sejumlah lokasi. Ia mengaku sempat akan
ditangkap polisi saat berada di belakang asrama. "Saya sempat mau ditangkap.
Karena bawa motor, saya cepat pergi. Tangan saya sempat ditarik (polisi),"
ujarnya.
Gubernur Papua, Lukas Enembe menunjukkan dokumen laporan tindak kekerasan yang diterima mahasiswa Papua di Yogyakarta. Foto: Ahmad Mustaqim |
Enembe mengaku
melihat langsung bagaimana polisi menjalankan sweeping. Sebelum ke asrama,
rombongan Enembe juga sempat dihalangi polisi. "Pernyataan Polda (DIY)
kepada DPR Papua bahwa akan memberi jaminan keamanan, ternyata tidak benar.
Tadi saya melihat aparat menghalangi mahasiswa Papua di jalan," ujar dia.
Ia menegaskan mahasiswa Papua sebagai warga negara berhak hidup di mana saja.
Semua warga negara Indonesia, lanjut Enembe, memiliki hak yang sama untuk hidup
tanpa tekanan dan intimidasi dari sudut mana pun.
Usai berdialog dengan mahasiswa, Gubernur Enembe berdialog secara tertutup dengan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, di Keraton Yogyakarta. Dari pertemuan itu, Sultan berjanji menjamin keamanan terhadap siapa pun di Yogyakarta, termasuk warga Papua. "Dia (Sultan) jamin, 'Semua orang aman di sini'," ujar Enembe menirukan pernyataan Sultan. Kepala Bidang Humas Polda DIY, AKBP Anny Pudjiastuti, membantah jika polisi melakukan kekerasan. Menurutnya, aparat telah menegakkan hukum tanpa pandang bulu. "Teman-teman media jangan membesar-besarkan," ujar Anny. (www.tabloid-wani.com)
Usai berdialog dengan mahasiswa, Gubernur Enembe berdialog secara tertutup dengan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, di Keraton Yogyakarta. Dari pertemuan itu, Sultan berjanji menjamin keamanan terhadap siapa pun di Yogyakarta, termasuk warga Papua. "Dia (Sultan) jamin, 'Semua orang aman di sini'," ujar Enembe menirukan pernyataan Sultan. Kepala Bidang Humas Polda DIY, AKBP Anny Pudjiastuti, membantah jika polisi melakukan kekerasan. Menurutnya, aparat telah menegakkan hukum tanpa pandang bulu. "Teman-teman media jangan membesar-besarkan," ujar Anny. (www.tabloid-wani.com)
0 comments:
Post a Comment
Gunakan kata-kata yang baik, sopan dan santun.
Dilarang keras Komentar yang berbau SARA, Pornografi, Pelecehan dan Kekerasan.
Orang Pintar Pasti Komentar Yang Berkualitas.