Pertemuan Terbuka, gubernur papua dan mahasiswa papua di jogya. Ils foto |
Pada 2016, Yu Sutinah bersama
delapan perempuan dari Rembang berjuang menolak pembangunan pabrik semen di
Rembang. Mereka duduk dalam diam di depan Istana Merdeka dengan kaki-kaki yang
di semen sebagai simbol penolakan. Nama Yu Sutinahs udahbarang tentu
taksepopuler Yu Jum, penjualgudeg, atau You Tube, penyedia video di ranah dunia
maya.
Pada 2016 segenap mahasiswa
Papua di Yogyakarta, ketika mereka ingin meluruskan sejarah yang orang banyak
begitu pura-pura tidak tahu, untuk mengajukan kepada pengabdi Rakyat,
serta-merta aparat low level – high level berkerimun mendekati mereka,
saat mereka memutuskan untuk menuju ke rumah bersama yakni white house, dimana
mereka hanya ingin menyampaikan syaloom sebagai kata pembuka dan tidak banyak
hal tentang isi ungkapan mereka yang bertentangan dengan institusi, hanya ingin
melontarkan tanpa kekerasan secara diam kepada orang No. 1 ditanah air kita.
Tak seperti Martin Luther King Jr
yang mudah untuk bertemu dengan Presiden Lyndon B. Johnson, Yu Sutinah dan
seluruh mahasiswa belum bertemu (kalau tak dikatakan sulitbertemu)
denganPresiden Joko Widodo padahal mereka sudah di depan Istana sejak 12 April
2016 (untuk rombongan Yu Surinah) dan ditahanoleh TNI/POLRI belum sampai
diistana (untukMahasiswa/i Papua)
Perjuangan Yu Sutinah dan
teman-teman sudah dimulai sejak 2014. Samaseperti Martin Luther King Jr,
perjuangan Yu Sutinah juga diwarnai dengan berbagai aksi kekerasan dari pihak
pengusaha yang didukung aparat. Inilah yang menjadi alasan mengapa bukan para
lelaki menurut Yu Sutinah akan lebih emosional saat berhadapan dengan mereka
yang mengedepankan kekerasan, yang melakukan aksi perjuangan tersebut.
Begitu pula mahasiswa setiap
bulan dari sejak doeloe, dimana hari kebesaran bagi Papua, mereka selaluber
bondong untukmelontarkan ide mereka secara demokratis. Namun, faktanya terlihat
merendahkan dan tidak pernah dipenuhi.
Ini memang soal pilihan. Namun,
bukan pilihan yang mudah. Di tengah berbagai tantangan hidup yang semakin berat
dan keras, memilih untuk menjalani hidup tanpa kekerasan mungkin bukan pilihan
populer. Namun, baik Martin Luther King Jr, Yu Sutinah dan mahasiswa Papua menunjukkan
bahwa perjuangan tanpa kekerasan tetap dapat menjadi pilihan terbaik. Kekerasan
memang harus dihadapi dengan sikap tanpa kekerasan. Beranikarenabenar.!
Mereka menunjukkan bahwa
perjuangan tanpa kekerasan masih layak diperhitungkan sebagai cara untuk
menjalani laku hidup. Di tengah dunia yang semakin gaduh, diam menjadi mata air
yang menyejukkan. (Artikel Kiriman Pembaca, Nopey JR)
- Blogger Comments
- Facebook Comments
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment
Gunakan kata-kata yang baik, sopan dan santun.
Dilarang keras Komentar yang berbau SARA, Pornografi, Pelecehan dan Kekerasan.
Orang Pintar Pasti Komentar Yang Berkualitas.