(Ilustrasi foto) |
JAYAPURA, PACEKRIBO - Apa pun ko akan lakukan, untuk
kriminalisasi perjuagan damai KNPB aku takan pernah gentar. Kriminalisasi
perjuagan KNPB saat ini dengan isu penemuan jenata dan amunisi di Sentani
jayapura hanya politik adu domba membungkam ruang demokrasi di Papua.
Sebab sudah tau bahwa, kau adalah kolonial. Jadi wajar jika anda kriminalisasi kami dengan politik adu domba yang merupakan lagu lama. Ko memfitnah kami dengan skenario yang engkau mainan seperti Sinetron.
Publik indonesia dan rakyat Papua saudah tau tentang perjuagan
kami dengan kerakan sipil kota. apa yang kau lakuan saat ini menunjukan
ketidak mampuan untuk menyelesaikan seyumlah kasus kekerasan yang diduga
dilakukan oleh Militer di Papua.
KNPB tidak akan pernah gentar dengan sekenario busuk mengalikan
perhatian rakyat Papua terhadap kasus Tolika, kasus Yahukimo dan Kasus Paniai
dan Kasus timika.
Hari kita sedang menjaksikan bahwa, di Papua sedang menerapkan
system orde baru lagi. selamat tinggal reformasi selamat datang orde baru.
Tidak ada lagi ruang demokrasi di Papua, Apartheid masih ada di
Papua sekalipun dunia sudah mengakui penghapusan apartheid.Pemusnahan Etnis
Papua (Strategi jitu apartheid gaya baru Pemerintah Indonesia
Fenomena kekerasan yang menimpa Rumpun Melanesia di Papua Barat dapat digolongkan dalam pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat. Sebab, kekerasan, intimidasi, eksploitasi, pemerkosaan, hingga pembunuhan penduduk asli Papua Barat itu melanggar nilai-nila kemanusiaan. Pelanggaran itu tidak hanya berbentuk kekerasan fisik, tetapi juga berbentuk kekerasan budaya, ekonomi, politik, hingga agama. Ada anggapan bahwa Aneka kekerasan yang dilakukan oleh Indonesia terhadap penduduk asli Papua Barat bukan tanpa sengaja, melainkan justru merupakan rekayasa politik pemerintah Indonesia untuk menguasai pulau "cenderawasih"
Ironisnya, sejak terintegrasinya Papua Barat ke dalam NKRI,
penduduk asli Papua Barat menjadi objek praktek politik genosida (pemusnahan
etnis secara sistematis dan terorganisir) NKRI. Berbagai bukti kekerasan yang
dilakukan Indonesia terhadap penduduk asli Papua Barat yang tersaji dalam buku
ini, merupakan justifikasi dari praktek pemusnahan Rumpun Melanesia oleh bangsa
Indonesia.
Buku yang berjudul PEMUSNAHAN ETNIS MELANESIA, Memecah Kebisuan
Sejarah Kekerasan di Papua Barat yang ditulis oleh Socratez Sofyan Yoman, ini
memotret fenomena-fenomena kekerasan yang menimpa penduduk asli Papua Barat
sejak terintegrasinya Papua (1 Mei 1963 - sekarang) ke dalam NKRI. Socratez
berhasil mendemonstrasikan secara gamblang, kritis, jujur, dan transparan
berbagai kasus kekerasan yang menjadi bukti adanya praktek politik pemusnahan
ras secara sistematis tersebut.