Berita Kini

Kematian Orang Papua Sangat Tinggi Sejak Era Otsus

Ilustrasi foto Orang Asli Papua
PACEKRIBO - Tingkat kematian orang asli Papua sangat tinggi sejak tahun 2000-2016 sejak era otonomi khusus (OTSUS) Papua.

Sudah lama pemerhati sosial dan politik Papua semisal Prof. Dr. M. Amin Rais, pernah menyinggung ecosida (pembumihangusan ekosistem hayati) disekitar areal PT. Freeport, perusahaan raksasa dunia milik Amerika yang diberi izin Jakarta (Soeharto) dan terus diberi izin perpanjang hingga puluhan tahun kedepan itu.

Kekerasan militer terhadap rakyat sipil Papua yang tak bersenjata sudah terlalu banyak membawa banyak korban berjatuhan. Militer sebagai pihak penjaga keamanan PT Freeport sangat sigap bila ada gejala gangguan sedikitpun terhadap perusahaan Amerika bernama PT Freeport Mc Moren ini. Konflik antara Militer bersenjata lengkap super modern dan canggih dengan suku-suku pemilik hak ulayat adalah fenomena biasa yang paling sering terjadi merupakan penyumbang kematian orang Papua yang populasinya semakin menyusut setiap tahun sejak perusahaan raksasa ini bercokol disana.

Gangguan keamanan di Timika Papua dengan intentitas cukup tinggi setiap saat dan selalu pecah diantara pihak-pihak berpekepentingan dengan warga setempat. Konflik itu sifatnya laten dan selalu terus terjadi baik antar etnis dan suku (baca perang antar suku) maupupun antara militer dan sipil, menjadi fenomena biasa diarea Freeport Timika Papua.

PT. Freeport tak hanya menyumbang royalti kepada pusat dan daerah melainkan lebih banyak memberikan dampak ecosida (membumihanguskan beragam alam hayati). Akibat kehadiran Perusahaa Emas raksasa dunia ini membawa dampak membumi hanguskan beragam alam hayati dan kekacauan sosial politik menyebabkan ratus ribu nyawa manusia Papua matia sia-sia sebagai korban.

Sejak dapat legitimasi perizinan oleh Jakarta (baca, Soeharto) PT Freeport dengan sangat leluasa kuasai separuh nafas hidup dan penghidupan orang Papua. Pada akhirnya Freeport dengan biadab tanpa prikemanusiaan dan keadilan bagi rakyat Papua sebagai pemilik ulayat mencari untung dengan berbagai implikasi destroyer peradaban kemanusiaan dengan meluluh-lantahkan gunung-gunung emas Papua tanpa bekas, tidak saja dari atas gunung tetapi mencuri melalui dibawah tanah hingga beratus-ratus kilometer dari satu gunung ke gunung lain yang belum diberi izin dalam perjanjian dengan Jakarta.

PT Freeport milik Amerika ini seakan tak puas mengahancurkan alam dan gunung-gunung Papua hingga ribuan kilo dibawah tanah. Jakarta sebagai penguasa otoritas wilayah itu terus memberi keleluasaan dengan terus memperpanjang izinnya agar perusahaan milik Amerika itu terus boleh mencuri emas kwalitas super kelas satu dunia itu. Jika ada protes orang Papua harga nyawanya lebih rendah daripada mempertahankan pencuri terus mencuri dengan leluasa di Papua.

Bila dihitung maka puluhan tahun mengeruk harta karun milik orang Papua di Papua dari tahun 1967 hingga kini terus diperpanjang oleh pemerintah Indonesia sebagai pengendali otoritas tertinggi atas wilayah itu maka PT Freeport lebih banyak membawa madhorot (kehancuran tidak hanya alam dan gunung tapi sekaligus menghancurkan orang Papua yang dapat diistilahkan dengan proses pemunahan genosida atau ecosida sekaligus) daripada membawa manfaat bagi rakyat Papua khususnya dan Indonesia pada umumnya melalui royalti.

Tidak hanya ecosida yang terjadi namun yang lebih mencengangkan para pembaca disini adalah adanya gejala pemusnahan etnis Papua oleh kelompok terlatih atau gerombolan khusus yang dikirim dari pihak yang ingin menguasai Papua sepenuhnya dalam genggaman mereka adalah pemusnahan terhadap rakyat sipil Papua baik secara sistematis terselubung maupun melalui gejala umum yakni tabrak lari pada malam hari diatas jam 00.00 sampai 05.00 wit jelang pagi. Gejala ini sangat umum terjadi di papua namun jarang diangkat kepublik dan luput dari perhatian publik karena dianggap gejala umum dalam arti kecelakaan lalulintas biasa.

Masalah yang ingin diangkat dalam tulisan ini titik vocus-nya adalah Gejala Pembunuhan Tabrak Lari. Gejala pembunuhan tabrak lari dan setiap hari 3-5 orang meninggal oleh akibat kematian tabrak lari. Setiap hari terutama kota Jayapura selalu ambulance hilir mudik membawa mayat akibat kematian tabrak lari. Adapun kematian orang Papua akibat tabrak lari selalu sama dan mirip antara kejadian satu tempat dengan ditempat lain seluruh Kota dan Kabupaten Papua selalu sama walau berbeda tempat.

Biasanya dan ini paling umum terjadi adalah:
(1).Tabrak lari. 
(2). Miras. 
(3). hiv/Aids.

Gelaja pembunuhan modus kedua dan ketiga sudah lama didengungkan para intelektual Papua adalah gejala pembunuhan sistematis ala militer menghabiskan suatu etnis masyarakat tanpa senjata atau peperangan.

Sedang pertama adalah gejala baru tapi paling umum setiap hari terjadi sejak Otsus Papua hingga tulisan dibuat umumnya terjadi diseluruh Kota Papua yang diciptakan dan dilakukan para pasukan terlatih yang tak ada pekerjaan (perang).

Kita tahu bersama saat ini Papua tidak ada perang maka mereka melakukan pembunuhan dengan cara terhadap etnis Papua dan paling umum adalah tabrak lari atau menyenggol motor atau kendaraan roda 4 yang dikendarai tengah malam. Biasa tabrak lari terjadi diatas jam 11.00 – 5.00. WIT (jelang subuh). (naworlano.com)
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Post a Comment

Gunakan kata-kata yang baik, sopan dan santun.
Dilarang keras Komentar yang berbau SARA, Pornografi, Pelecehan dan Kekerasan.
Orang Pintar Pasti Komentar Yang Berkualitas.

Item Reviewed: Kematian Orang Papua Sangat Tinggi Sejak Era Otsus Rating: 5 Reviewed By: Pace Kribo