Massa aksi AMP dan FRI-WP. Ilst Foto |
BANDUNG, MAJALAGHWEKO - Massa yang tergabung
dalam Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) dan Front Rakyat Indonesia untuk West Papua
(FRI-WEST PAPUA) menggelar aksi teatrikal saat demonstrasi yang digelar
dihalaman Gedung Merdeka jalan Asia-Afrika Kota Bandung, Jawa Barat. Jumat
(07/04/2017).
Aksi
tersebut menuntut agar segala bentuk kesepakatan Indonesia -Freeport dihapuskan
dan memberi kebebasan penuh terhadap rakyat Papua untuk menentukan nasibnya
sendiri.
“Papua
bukan merah putih. Papua bintang kejora…”. teriak sejumlah massa aksi yang
tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) dan Front Rakyat Indonesia
untuk West Papua (FRI-WEST PAPUA) saat menggelar aksi unjuk rasa di depan
Gedung Merdeka jalan Asia-Afrika Kota Bandung Jawa Barat. Jumat, 07 April 2017.
Aksi tersebut merupakan aksi kedua setelah sebelumnya menggelar aksi ditempat
yang sama.
Nanang
Kosim (23) salah satu anggota FRI-WP yang juga turun aksi menjelaskan bahwa
aksi tersebut digelar dalam upaya mengingatkan masyarakat bahwa setengah abad
sudah kontrak karya 1 Freeport mengeruk kekayaan tanah Papua yang ditanda
tangani Mantan Presiden Soeharto. Tentunya sejak ditandatangani kontrak
tersebut sejak itu pula pederitaan rakyat Papua terus terasa.
“Aksi
yang dilakukan hari ini untuk memberi kampanye edukasi masyarakat kota Bandung,
karena masih banyak rakyat Bandung yang tidak tau bahwa keberadaan PT Freeport
menyebabkan Papua sedang tidak baik-baik saja”. Tegas Nanang Kosim disela-sela
aksi yang di mulai dari halte bus alun-alun Bandung dilanjutkan long march
kedepan Gedung Medeka tersebut.
Masih
kata Nanang, pada tahun 1962 silam kesepakatan Indonesia dengan Belanda untuk
menentukan status daerah bagian barat papua pernah dilakukan namun tanpa
melibatkan rakyat Papua. Lalu tahun 1967 Soeharto mengadakan kontrak karya,
lagi-lagi tanpa melibatkan rakyat Papua. Tahun 1969 diselenggarakan Act of
Free Choices (jajak pendapat rakyat papua untuk menentukan nasib rakyat
Papua ) namun hanya 1000 dari 800 ribur yang memilih one man one vote
itupun di bawah intimidasi bahkan todongan senjata.
Hingga
kini kebaradaan Freeport tidak hanya merugikan rakyat papua. Tapi juga 3000
rakyat Indonesia. “Kita harus setuju membubarkan komando teritorial. Alam,
tanah dan sungai menjadi kotor karena limbah Freeport. Hidup bangsa bangsa
terjajah. NKRI banyak yang mati”. Teriak Nanang dalam orasinya.
Aksi
tersebut menuntut agar segala bentuk kesepakatan Pemerintah Indonesia
dengan PT Freeport dihentikan. “Karena banyak rakyat Papua dieksploitasi oleh
PT Freeport”. Ujar salah satu anggota AMP.
Tidak
hanya Freeport yang kejam, pun sama jahat aparatnya. Terbukti, sejumlah aktivis
Di Papua ditangkap aparat karena menyuarakan hak-haknya. “Bebaskan 11 aktivis
yang di tangkap aparat di Jayapura.”. Teriak seorang orator dengan raut wajah
marahnya..
Adapun
tuntutann yang disampaikan dalam aksi tersebut antara lain :
1) kebebasan untuk memilih dan menentukan nasib sendiri
bagi rakyat Papua adalah mutlak adanya
2) Tarik militer organik dan non organik dari bumi papua.
3) Menolak kesepakatan antara pemerintah indonesia dan
freeport!
4) Tutup freport dan berikan hak nasib sendiri bagi
bangsa west papua sebagai solusi demokratis!
5) Usir dan tutup freeport.
6) Beri kebebasan pada Rakyat Papua untuk menentukan masa
depan pertambangan Freeport.
7) Usut, tangkap, adili dan penjarakan pelanggar HAM,
selama keberadaan Freeport di tanah Papua
8) Bebaskan Obby Kogoya dari kriminalisasi aparat
kepolisian Yogyakarta.
Nanang
menegaskan, aksi lanjutan akan terus digelar sampai PT Freeport ditutup dan
rakyat Papua bebas menentukan nasib sendiri. “kedepan aksi akan terus digelar
hingga tuntutan dikabulkan dan rakyat Papua meraih kemenangan” tanadasnya. Aksi
berakhir pada pukul 11.40 WIB massa aksi pun membubarkan diri dengan
tertib. (Bagus /Tri Hadi)
0 comments:
Post a Comment
Gunakan kata-kata yang baik, sopan dan santun.
Dilarang keras Komentar yang berbau SARA, Pornografi, Pelecehan dan Kekerasan.
Orang Pintar Pasti Komentar Yang Berkualitas.