Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Republik Indonesia, Luhut Binsar Panjaitan |
TIMIKA, PACEKRIBO – Pastor Gereja Katolik
Dekenat Timika-Akimuga Keuskupan Timika, Pastor Amandus Rahadat memprotes
ungkapan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam)
Republik Indonesia, Luhut Binsar Panjaitan yang menyebut Gereja terlibat dalam
urusan politik.
Kata Pastor Amandus Rahadat, “Yang bilang-bilang gereja berpolitik seperti
Menteri Koordinator Polhukam adalah menteri bodoh,” tepisnya memprotes tuduhan
tersebut, Selasa (22/9).
Sebetulnya seperti dilangsir Regional.Kompas.com Minggu (20/9/2015), Menko
Polhukam, Luhut Panjaitan menyebut para pimpinan gereja terlibat, bahkan
menuduh berambisi dalam politik yang masuk dalam gereja di Indonesia.
“Pak Menteri harus tahu peta wilayah pelayanan,” tegas Pastor Paroki Gereja
Katolik Katedral Tiga Raja Timika, Papua, itu Selasa siang.
Sebelumnya, Menteri Kabinet Presiden Jokowi dalam sidang Sinode Gereja
Masehi Injil di Timor (GMIT) ke-33 di Bumi Tii Langga Kabupaten Rote Ndao, Nusa
Tenggara Timur, pada Minggu (20/9/2015), menyebut gereja adalah perpanjangan
tangan Tuhan, harus membawa persatuan yang lurus dan utuh untuk umatnya,
sehingga jemaatnya menjadi lentera pembangunan di seluruh tanah air Indonesia.
Menurut Pastor Amandus, Menko Polhukam tidak tahu peta wilayah pelayanan
antar pemerintah dan wilayah kerja gereja.
Ungkap Pastor, “wilayah pemerintah adalah seluruh aktivitas untuk
mensejahterakan rakyat, khususnya aktivitas sosial politik budaya, hak asasi
manusia, keamanan nasional. Sedangkan wilayah gereja, utamanya adalah wilayah
moral, karena pemerintah belum mampu maka kadang gereja ikut campur, terlibat
dalam urusan sosial ekonomi,” tegas Imam Katolik Keuskupan Timika itu.
Mengapa Gereja di bidang sosial politik tampaknya ikut campur? Kata Pastor
Amandus, karena pemerintah dan orang politik memasuki wilayah gereja. Sementara
wilayah gereja adalah wilayah moral.
“Gereja adalah penjaga gawang moral: keadilan, kebenaran, kejujuran dan
lain-lain. Saat ada politik kotor, saat ada korupsi, saat ada pemutarbalikan
kebenaran oleh oknum pemerintah, baik eksekutif, legislatif, yudikatif dan
oknum politisi, mereka memasuki wilayah gereja. Untuk itu gereja bersuara,”
jelasnya panjang lebar.
Kata Pastor senior itu, Gereja Katolik melarang semua petugas gereja untuk
memasuki wilayah politik.
“Siapapun kalau masuk, harus resign dulu dari petugas gereja,” jelas Imam
Projo Keuskupan Timika itu.
Namun, kata Pastor, gereja tetap terlibat dalam politik dengan arti
mendampingi umatnya, memberi pencerahan kepada umat awam.
“Pendampingan kepada umat awam agar terlibat dalam dunia politik yang
adalah wilayah kaum awam. Mengkritisi gejala kotor di masyarakat, dimana
wilayah moralnya diinjak-injak, sehingga umat yang kurang paham dan kurang sadar
dapat bangkit dan berjuang bersama hirarki gereja demi membela keadilan,
kebenaran dan kejujuran,” ulasnya.
Sumber:www.papuaanigou.com
0 comments:
Post a Comment
Gunakan kata-kata yang baik, sopan dan santun.
Dilarang keras Komentar yang berbau SARA, Pornografi, Pelecehan dan Kekerasan.
Orang Pintar Pasti Komentar Yang Berkualitas.