Ilustrasi Foto |
PACEKRIBO - Suatu hari, seorang wanita muda dengan kacamata agak tebal
menghias wajahnya ingin mencari kekasih. Lalu ia mendatangi sebuah biro jodoh yang tidak jauh dari rumahnya.
Setelah mengisi formulir dan memenuhi syarat yang tertera, dia pun
diberi sebuah alamat tempat pertemuan dengan seorang pria yang kebetulan
mempunyai kriteria yang dicarinya pada wanita muda ini.
Tempat pertemuan mereka adalah disebuah cafe yang kebetulan tidak
jauh dari rumah wanita muda ini juga.
Hari yang ditunggupun tiba, wanita muda ini berdandan mengenakan
gaun putih yang indah. Kacamatanya dilepas walaupun agak menyulitkan dia
melihat sekitarnya. Tapi ia tetap tidak ingin memakainya karena menurutnya
kacamata itu akan merusak kecantikkannya.
Ketika keluar dari rumahnya, dia mendengar tawa kecil dari rumah
sebelah. Samar-samar tapi cukup jelas. Dia mendengar seseorang berkata bahwa
pakaiannya sudah kuno. Ketinggalan jaman dan tidak fashion.
Mendengar hal itu, dia menjadi malu dan menjadi tidak percaya
diri. Lalu diapun masuk kembali kerumahnya dan berganti baju. Kali ini, dia
memakai gaun warna merah menyala dan sangat menarik mata. Percaya dirinya
kembali.
Dan memang benar, ketika berjalan keluar, samar-samar dia
mendengar pujian terutama dari pria yang melihatnya mengatakan bahwa dia sangat
sexy dan menarik sekali. Tetapi setelah itu, dia mendengar kritikan terutama
dari wanita yang mengatakan bahwa dia seperti wanita murahan.
Sedih, malu dan putus asa, wanita muda ini kembali kerumahnya.
Kali ini dia bingung apa yang harus dikenakannya. Dia hendak menanggis, tetapi
apa gunanya? Lalu dalam keadaan putus asa, dia mengganti bajunya dengan kaos
oblong sederhana dan celana jean kesukaannya yang selalu dikenakannya dan
membuatnya nyaman.
Setelah itu, dia langsung keluar. Kali ini dia masa bodoh orang
lain ingin mengatakan apa. Dia juga tidak peduli lagi apakah pria yang akan
ditemuinya dicafe nanti akan menerimanya atau tidak, yang pasti, inilah dirinya
apa adanya.
Anehnya, dia tidak mendengar perkataan apapun. Sekalipun ada dia
juga merasa tidak seperti yang dia rasakan sebelumnya. Tidak merasa malu, tidak
merasa canggung ataupun sedih. Yang ada justru rasanya biasa dan nyaman.
Satu-satunya yang membuat hatinya gelisah adalah bagaimana pria
yang akan ditemuinya menilainya. Dalam hati dia menyakinkan diri sendiri bahwa
jika pria itu benar-benar ingin mengenalnya lebih jauh lagi, maka inilah dia
yang sebenarnya. Dengan make-up simple minimalis, berpakaiaan simple rapi apa
adanya.
Ketika hendak memasuki cafe yang dia tuju, dia melihat seorang
pria yang terlihat bingung sedang mencari sesuatu disekitar cafe tersebut.
Merasa tidak buru-buru, diapun menawarkan diri membantu pria ini mencarinya.
Setelah beberapa menit mencari, akhirnya mereka menemukan yang
mereka cari. Ternyata, pria ini sedang mencari cincin perak peninggalan ibunya
yang tadi tidak sengaja jatuh ketika berlari datang kecafe ini.
Dan daripadanya, ternyata pria ini ada temu janji dengan seorang
wanita dicafe ini. Dan rencananya pria ini ingin memberikan cincin perak
peninggalan ibunya ini sebagai tanda jadi jika wanita yang akan ditemuinya
menerimanya.
“Dia pasti menerimanya, aku pastikan seratus persen”, katanya pada
pria ini sambil tersenyum lembut dan manis sekali. Pria yang mendengar hal
tersebut hanya bisa tersenyum dan berterimakasih. Tingkahnya yang gugup membuat
wanita muda ini tertawa kecil.
“Menurutmu apakah aku harus membatalkan pertemuan ini?”, tanya pria
ini tiba-tiba padanya. Wanita muda ini sedikit terkejut, tetapi ia berusaha
menyembunyikannya. “Mengapa? Bukankah kamu ingin menemuinya”, tanyanya
penasaran.
“A…, aku…, sepertinya aku telah mempunyai pilihan lain…”, jawab
pria ini gugup sambil melihatnya dengan senyuman yang menawan. Wanita muda ini
wajahnya merona merah.
“Aku sarankan kamu masuk dulu dan menemuinya. Aku pastikan kamu
tidak akan menyesalinya”, jawabnya sambil mengajak pria ini masuk.
Setelah masuk, pria ini langsung mencari tempat duduk dimana dia
berjanji akan menemui seorang wanita. Dan tempat duduk itu masih kosong. Pria
ini menghela napas merasa lega. Entah lega karena dia tidak terlambat datang,
ataukah lega karena berharap wanita yang akan ditemuinya tidak datang.
“Aku juga menunggu seorang pria ditempat duduk itu lho…”, kata
wanita muda ini tersenyum manis sekali sambil memandangi tempat duduk itu. Pria
yang disampingnya, yang tadi menghela napas sekarang menahan napas. Dia tidak
percaya apa yang didengarnya.
“Maksudmu…, kamu wanita yang akan kutemui hari ini…?”, tanyanya
dengan suara gugup, tetapi matanya terlihat senang. “Iya, akulah wanita itu”,
jawabnya. “Kenalkan, namaku adalah Cindy dan tadi kita sudah bertemu…”,
lanjutnya memperkenalkan diri.
Setahun kemudian, pria dan wanita muda ini yang bertemu dicafe
tersebut mengadakan upacara pernikahan mereka. Keduanya terlihat sangat
bahagia. Para hadirin yang hadir adalah teman-teman dekat kedua mempelai ini.
Upacara mereka juga sangat unik. Mereka tidak memakai busana pengantin
seperti pengantin pada umumnya. Sang wanita memakai kaos dan celana jeans
dengan kacamata menghias wajahnya. Sang pria juga memakai pakaian yang sama.
Ternyata, pakaian yang mereka kenakan adalah pakaian yang mereka
pakai ketika pertama kali bertemu dulu disalah satu cafe.
Mereka sengaja memakai pakaian seperti itu untuk mengingatkan
mereka sendiri dan mungkin juga orang lain, bahwa, apa yang dikenakan pada
tubuh hanyalah sebatas luarnya saja. Kecantikkan luar itu bisa dinilai siapa
saja dan bernilai berapa saja menurut pendapat masing-masing mata.
Tetapi, kecantikkan sesungguhnya justru datang dari dalam, dari
hati yang indah.
Dulu, wanita muda ini begitu takut akan penilaian orang lain
sehingga seringkali merubah dirinya menjadi seperti penilaian orang lain hanya
supaya diterima dan dipuja. Dan dia memang diterima dan dipuja, tetapi yang
diterima dan dipuja itu bukan dirinya yang sesungguhnya.
Hal itu membuatnya selalu terbebani dan selalu mengganti
topeng-topeng wajahnya sesuai penilaian lainnya. Lama kelamaan ia kehilangan
wajahnya yang sesungguhnya. Orang-orang yang mengenalnya juga semakin ragu yang
mana sesungguhnya dia.
Hingga suatu hari dia memutuskan untuk membuang semua topeng itu
dan memperlihatkan wajahnya sendiri. Dan pada akhirnya, ia menemukan seseorang
yang telah lama menanti dia melepaskan topengnya. Yang menerima dan memuja
dirinya yang sesungguhnya.
Dan dia mendapatkannya.
Jadilah dirimu sendiri sebagaimana dirimu yang baik. [littlemikhael.wordpress]
0 comments:
Post a Comment
Gunakan kata-kata yang baik, sopan dan santun.
Dilarang keras Komentar yang berbau SARA, Pornografi, Pelecehan dan Kekerasan.
Orang Pintar Pasti Komentar Yang Berkualitas.