Obi Kogoya (20 thn) Mahasiswa Papua di Yogya yang
diperlakukan bukan seperti manusia. Ini tindakan ormas didukung Polisi pada 15
Juli 2016, di asrama Mahasiswa Papua di Jogja
|
Ketua Komnas HAM, Imdadun Rahmat mengatakan, tim tersebut akan bertemu dengan semua pihak yang terlibat dalam peristiwa itu. Termasuk di antaranya bertemu Sultan Yogyakarta.
"Antara Ibu Siane dan Pak Natalius Pigai. Rencananya itu, tapi kami belum memutuskan siapa yang turun ke sana, tapi ini tim pemantauan sudah siap. (Hari ini?) Kita masih mempertimbangkan hari ini atau lusa. Karena besok dan lusa itu rapat paripurna," jelas Imdadun saat dihubungi KBR, Senin (18/7/2016).
Meski mengakui ada indikasi pelanggaran HAM, Imdadun tidak mau berkomentar banyak terkait penanganan polisi terhadap rencana aksi mahasiswa Papua di Yogyakarta.
"Kita akan telusuri betul seberapa banyak yang mengalami kekerasan. Bentuk kekerasannya seperti apa, baik fisik atau verbal. Supaya informasinya jernih, jadi Komnas HAM tidak berkomentar dulu apa yang terjadi," imbuhnya.
Hasil penyelidikan, kata Imdadun, nantinya akan diserahkan kepada Presiden Joko Widodo dan instansi terkait dalam kasus ini. Ia menegaskan penyelidikan ini akan diselesaikan secepatnya oleh lembaganya.
Pada Jumat (15/7/2016), pasukan polisi Yogyakarta mengepung
asrama mahasiswa Papua di Yogyakarta. Ketua Ikatan Mahasiswa Papua di
Yogyakarta, Aris Yeimo mengatakan polisi datang pagi hari sekira pukul 05.30
WIB.
"Beberapa mobil dalmas sampai Barracuda, ditambah bis-bis yang milik polisi masih banyak. Sekitar ada berapa, banyaklah. Lebih dari sepuluh kendaraan itu di depan asrama sama belakang. Mereka kepung dari pagi sampai malam hari ini," tutur Aris kepada KBR, Jumat (15/7/2016).
Aris mengatakan, tidak satupun penghuni asrama bisa keluar. Begitupun dengan orang dari luar asrama. Mereka tidak bisa memasuki lingkungan asrama. Siang tadi Palang Merah Indonesia sempat datang mengantarkan makanan, namun polisi melarang mereka masuk.
Sementara itu, warga di sekitar Asrama Mahasiswa Papua, Kamasan I, Yogyakarta mengaku kebingungan dengan penjagaan polisi di sekitar kawasan tersebut. Pasalnya, menurut salah satu warga setempat, Dodo, Mahasiswa Papua dalam kondisi tenang di dalam asrama. Namun situasi seolah dibuat mencekam melalui kehadiran aparat kepolisian dalam jumlah bersar.
"Beberapa warga juga takut dengan polisi karena banyak dari mereka bersenjata lengkap, seperti mau menangkap teroris, dari pagi sampai malam berjaga," cerita Dodo saat dihubungi KBR, Sabtu (16/6/2016) malam.
Tak hanya itu, lanjutnya, polisi juga menutup akses jalan menuju asrama. Sehingga menurut warga Desa Muja Muju, Kecamatan Umbul harjo ini, bantuan logistik yang digalang warga sekitar untuk mahasiswa yang tertahan di dalam asrama menjadi terhambat.
"Kami juga menggalang bantuan, bahkan kami bingung karena pasokan makanan tidak masuk. Mobil PMI yang digunakan untuk mengirim kebutuhan logistik juga dicegat di luar oleh aparat," jelas Dodo yang juga aktif di Forum Gerakan Jogya Asat Jogya Ora Didol tersebut.
Dodo yang tinggal sekitar 30 meter dari area asrama itu mengaku khawatir dengan tindakan polisi yang dinilainya cenderung berlebihan. Ia malah mengaku cemas jika nanti terjadi keributan yang meresahkan warga. (m.kbr.id)
"Beberapa mobil dalmas sampai Barracuda, ditambah bis-bis yang milik polisi masih banyak. Sekitar ada berapa, banyaklah. Lebih dari sepuluh kendaraan itu di depan asrama sama belakang. Mereka kepung dari pagi sampai malam hari ini," tutur Aris kepada KBR, Jumat (15/7/2016).
Aris mengatakan, tidak satupun penghuni asrama bisa keluar. Begitupun dengan orang dari luar asrama. Mereka tidak bisa memasuki lingkungan asrama. Siang tadi Palang Merah Indonesia sempat datang mengantarkan makanan, namun polisi melarang mereka masuk.
Sementara itu, warga di sekitar Asrama Mahasiswa Papua, Kamasan I, Yogyakarta mengaku kebingungan dengan penjagaan polisi di sekitar kawasan tersebut. Pasalnya, menurut salah satu warga setempat, Dodo, Mahasiswa Papua dalam kondisi tenang di dalam asrama. Namun situasi seolah dibuat mencekam melalui kehadiran aparat kepolisian dalam jumlah bersar.
"Beberapa warga juga takut dengan polisi karena banyak dari mereka bersenjata lengkap, seperti mau menangkap teroris, dari pagi sampai malam berjaga," cerita Dodo saat dihubungi KBR, Sabtu (16/6/2016) malam.
Tak hanya itu, lanjutnya, polisi juga menutup akses jalan menuju asrama. Sehingga menurut warga Desa Muja Muju, Kecamatan Umbul harjo ini, bantuan logistik yang digalang warga sekitar untuk mahasiswa yang tertahan di dalam asrama menjadi terhambat.
"Kami juga menggalang bantuan, bahkan kami bingung karena pasokan makanan tidak masuk. Mobil PMI yang digunakan untuk mengirim kebutuhan logistik juga dicegat di luar oleh aparat," jelas Dodo yang juga aktif di Forum Gerakan Jogya Asat Jogya Ora Didol tersebut.
Dodo yang tinggal sekitar 30 meter dari area asrama itu mengaku khawatir dengan tindakan polisi yang dinilainya cenderung berlebihan. Ia malah mengaku cemas jika nanti terjadi keributan yang meresahkan warga. (m.kbr.id)
0 comments:
Post a Comment
Gunakan kata-kata yang baik, sopan dan santun.
Dilarang keras Komentar yang berbau SARA, Pornografi, Pelecehan dan Kekerasan.
Orang Pintar Pasti Komentar Yang Berkualitas.