Ilustrasi foto massa aksi komite nasional papua barat |
JAYAPURA, PACEKRIBO – Penolakan atas kedatangan Menkopolhukam Republik Indonesia di tanah Papua
yang digelar oleh Komite Nasional Papua Barat (KNPB) dan organ pergerakan
lainnya dihadang aparat gabungan, Polri dan TNI masing-masing di Yapis Dok V,
Taman Imbi depan kantor DPR Papua, Lingkaran Abepura, Terminal Ekspo dan
Perumnas III Waena, Kota Jayapura sedangkan aktivis KNPB di Sentani dibubarkan
paksa.
Ketua I KNPB Pusat, Agus Kossay mengatakan, pelanggaran Hak Asasi
Manusia (HAM) di tanah Papua harus diselesaikan di luar dari kepentingan
politik Negara Indonesia. Sebab, aktor dari pelanggaran HAM di bumi
Cenderawasih adalah Negara Indonesia sendiri.
“Karena itu kami yakin tidak mungkin negara mengadili negara. Kami
berkeyakinan bahwa sejak Indonesia menganeksasi West Papua tahun 1963, dan
sampai kapanpun, selama kekuasaan Indonesia berada di teritoriy West Papua
tidak akan ada jaminan hidup bagi bangsa Papua. Apalagi jaminan keadilan hukum
dalam negara Indonesia,” tegas Agus Kossay di hadapan aksi massa di Perumnas
III Waena, Rabu (15/06/2016).
Dijelaskan Agus Kossay, pihaknya
berkeyakinan selama rakyat Papua belum menentukan nasibnya sendiri melalui
referendum yang damai dan demokratis, orang asli Papua (OAP) akan terus dibunuh
sampai habis. Karena, sejak awal kami sudah yakin penguasa Indonesia hanya
butuh tanah air dan kekayaan alam Papua.
“Kami rakyat Papua tahu, Indonesia tidak butuh orang Papua. Itu
motivasi Indonesia di West Papua. Sehingga hari ini, kami rakyat West Papua
tidak butuh sandiwara politik Jakarta melalui tim terpadu penanganan dugaan
pelanggaran HAM di Provinsi Papua dan Papua Barat yang dibentuk oleh
Menkopolhukam pada 15 Mei 2016 lalu,” tuturnya.
Oleh karena itu, Sekretaris I KNPB Pusat, Mecky Yeimo mengatakan,
pihaknya mendukung penuh perwakilan rakyat Papua yang telah tergabung dalam
United Liberation Movement for West Papua (ULMWP), menolak dengan tegas tim
penanganan pelanggaran HAM di Papua buatan negara Indonesia yang melibatkan
orang Papua, seperti Marinus Yaung, Matius Murib dan Lien Maloali.
“Orang-orang yang terlibat dalam tim ini tidak mempunyai kapasitas
untuk menyelesaikan semua kasus pelanggaran HAM. Maka, kami mendesak agar
segara mengirim tim atau pengawasan Internasional terhadap suara West Papua
(referendum) untuk menentukan nasib sendiri,” ungkap Mecky Yeimo.
Selanjutnya, kata Yeimo, pihaknya mendesak tim pencari fakta dari
Pasific Island Forum (PIF) segera ke tanah Papua. Juga, semua aktivis HAM,
agama korban dan seluruh rakyat Papua untuk tidak terlibat dan menolak tim
pencari fakta pelanggaran HAM bentukan Jakarta.
Kapolsek Abepura, Kompol Marthen W. Asmuruf mengatakan, untuk
mengamankan demonstrasi yang digelar oleh KNPB ini pihaknya menurunkan 200
aparat kepolisian yang ditempat di semua titik aksi.
“Ada 200 personil polisi. Terus dari Brimob ada 2 pleton. Jadi
disiagakan di semua tempat aksi,” kata Kompol Marthen W. Asmuruf.
Juru Bicara KNPB Pusat, Bazoka Logo mengatakan, pihaknya tidak
bisa menuju ke kantor wakil rakyat Papua karena dihadang oleh aparat
kepolisian. Sehingga, pihaknya menggelar aski di tempat saja.
“Ya, kami
dihadang. Tidak bisa bergerak. Jadi, tidak bisa ke kantor DPRP, ini kami sangat
kecewa. Padahal kami mau sampaikan aspirasi kepada pemerintah Indonesia melalui
DPRP,” ujar Bazoka Logo. (tabloidjubi.com)
0 comments:
Post a Comment
Gunakan kata-kata yang baik, sopan dan santun.
Dilarang keras Komentar yang berbau SARA, Pornografi, Pelecehan dan Kekerasan.
Orang Pintar Pasti Komentar Yang Berkualitas.