Foto dengan Surya Anta, Ketua FRI FOR WEST PAPUA di LBH Jakarta. 1 Desember 2016 |
JAKARTA, PACEKRIBO - 11 Desember 2016
merupakan kali kedua saya di tangkap dan di represi saat aksi bersama-sama
kawan-kawan West Papua. Kali pertama, saat berorasi di depan Istana Presiden,
ketika aksi mendukung ILWP pada tanggal 11 Agustus 2011.
Represi
kali ini lebih menyakitkan, pukulan, tendangan dan pentungan bertubi-tubi
menyasar terutama bagian kepala, ketimbang 5 tahun lalu. Ada cacian yang sama
dari dua kali penangkapan tersebut, yakni: “Penghianat Bangsa”.
Coba
bagaimana itu perwira menengah dan prajurit rendahan meneriaki kami (orang
Indonesia) yang membela West Papua sebagai “Penghianat Bangsa”.
Justru
“Papa Minta Saham” itu lah pengkhianat bangsa. Pembunuh Theys Elluay itu lah
pengkhianat bangsa. Para pembantai lebih dari 500.000 orang West Papua itu
pengkhianat bangsa.
Sementara
Soeharto tidak kalian cap sebagai penghianat bangsa, padahal kurang lebih 2
juta orang mati karena dia. Freeport dia legitimasi kehadirannya di Papua meski
belum ada undang-undangnya lewat Kontrak Karya 1967. Prabowo yang di duga
menculik aktivis dan melenyapkan beberapa diantaranya, serta mengakibatkan banyak
orang meninggal di Timor Leste kalian dukung jadi calon Presiden. Koruptor yang
bergelimang kekayaan di atas kemiskinan rakyat jelata kalian biarkan. Bah!
Tahu
kah kalian, kita berasal dari suku-suku yang berbeda-beda. Bahasa yang tak
sama. Bahkan ras pun diantaranya berbeda. Kebangsaan kita lahir karena melawan
kolonialisme, melawan imperialisme, melawan fasisme dan melawan rasisme. Tanpa
itu semua, tak ada kebangsaan Indonesia.
Pembangunan
karakter kebangsaan yang adil, demokratis, setara, anti penindasan itu lah yang
hendak kami luruskan dan perluas. Sederhana, tidak ada yang istimewa, mendukung
hak penentuan nasib sendiri untuk West Papua merupakan kewajiban kami
menjalankan tugas-tugas demokratik sebagai orang kiri.
Dan
seharusnya tugas ini dijalankan sepenuh hati oleh orang-orang yang mendaku
dirinya sebagai demokratik. Tapi sayang, masih banyak yang demokratik setengah
hati. Serta tak sedikit pula orang kiri yang kurang demokratik.
Bagi
kami bersolidaritas terhadap West Papua memberikan pelajaran yakni
membangkitkan keberanian melawan ketakutan serta pengorbanan yang begitu besar
bagi perjuangan. Sesuatu yang bisa jadi semakin surut dalam gerakan kita.
Sehingga seharusnya kami lah yang mengucapkan Terima Kasih.
Penulis
: Surya Anta, Ketua FRONT RAKYAT INDONESIA UNTUK WEST PAPUA (FRI FOR WEST
PAPUA)
0 comments:
Post a Comment
Gunakan kata-kata yang baik, sopan dan santun.
Dilarang keras Komentar yang berbau SARA, Pornografi, Pelecehan dan Kekerasan.
Orang Pintar Pasti Komentar Yang Berkualitas.