Dukungan Solidaritas Masyarakat
Indonesia untuk Papua Merdeka.
|
Oleh:Dr. George Junus Aditjondro
PACEKRIBO - Banyak Orang Indonesia Mendukung Papua Merdeka, Tetapi
Ada 10 Alasan Orang Papua Sendiri Tidak Jelas dalam Sikapnya – Sebuah Catatan
Editorial PMNews Melihat Fakta Lapangan Kampanye Papua Merdeka.
Hari ini sekali lagi Dr. George Junus Aditjondro
menyampaikan dukungan terbuka, tertulis maupun lisan, “Dukungannya terhadap
perjuangan Papua Merdeka”. Tulisan bukunya berjudul “West Papua: Persoalan
Internasional”.
Berikut catatan dari Editorial PMNews tentang 10 Jenis
Orang Papua yang menentukan dan menghambat perjuangan Papua Merdeka.
Aditjondro katakan, “Hanya referendum yang dapat menentukan apakah orang Papua masih ingin menjadi bagian dari Indonesia atau tidak,” ujar George saat peluncuran buku diskusi dalam peluncuran buku berjudul “West Papua: Persoalan Internasional“, di Kontras, Jakarta, Kamis (3/11/).
Dukungan ini bukan baru dari seorang Aditjondro, dan
bukan hanya untuk West Papua, tetapi merupakan dukungannya yang konsisten
terhadap penderitaan umat manusia dan bangsa-bangsa terjajah di muka Bumi.
Dukungannya terhadap bangsa rumpun Melanesia lain di Timor Leste telah berhasil,
dan kini tanpa lelahnya Aditjondor terus memberikan dukungan-dukungan kepada
bangsa-bangsa terjajah, demikian kata
Kalau kita saksikan di lapangan ada saja
ketidakberdayaan dan ketidakpercayaan, malahan penolakan orang Papua sendiri
terhadap aspirasi manusia, hewan, tumbuhan dan semua makhluk Bumi Cenderawasih
untuk melepaskan diri dari kekangan penjajah NKRI. Ada beberapa jenis orang
Papua, yang perlu kita cermati untuk membantu kita menyikapi dukungan-dukungan
yang datang dari suku-bangsa lain di Indonesia.
1. Orang Papua tidak percaya diri,
entah karena dia tidak berdaya secara fisik, mental
maupun logikanya. Orang yang tidak percaya diri ini disebut Dr. Benny Giay
sebagai, “Bangsa yang memenuhi syarat untuk dijajah.” Dari berbagai bangsa di
dunia ini, golongan bangsa yang memenuhi syarat untuk dijajah ini jumlahnya
sangat sendiri. Orang Papua yang tidak percaya diri perlu bertobat karena
perjuangan ini bukan menyangkut kebencian atas dasar ras, agama, asal-usul atau
pandangan politik, tetapi ini perjuangan demi harkat, martabat dan hargadiri
serta demi kebenaran mutlak, sesuai prinsip moral, hukum dan demokrasi.
2. Orang Papua malas tahu,
terutama karena dia sendiri punya banyak masalah
secara pribadi ataupun kelompoknya sudah ada dalam masalah-masalah keluarga,
marga, suku, partai politik, pemilukada, hutang-puiutang, kawin-cerai,
perselingkungan, kebiasaan mabuk, narkoba, terkena HIV/AIDS.
Ada juga orang Papua yang malas tahu karena dia bukan
manusia berprinsip, tetapi ialah oportunis. Jadi dia tidak mau berterus-terang
kepada dirinya dan kepada bangsanya tentang penderitaannya dan bagaimana
menyelesaikannya. Ia lebih condong “cari kesempatan dalam kesempitan”.
Orang-orang ini disebut “orang cari makan” saja,
mereka sebenarnya tidak terlalu pusing dengan NKRI atau Papua Merdeka, yang
penting buat mereka ialah apa yang mereka bisa dapat dari kedua-duanya atau
dari salah-satunya. Yang dipikirkannya ialah “perut” dan “aku”nya, bukan kita
dan sekaliannya.
Orang jenis ini sebenarnya tidak dibutuhkan; malahan
merugikan bagi pro NKRI maupun kontra NKRI. Tetapi terlanjur mereka sudah ada
di dalam NKRI, mungkin mereka ada di dalam birokrasi NKRI, jadi mereka bermain
di dalam NKRI, walaupun NKRI juga tahu mereka tidak berguna, tetapi mereka
dijaga saja dalam rangka kleim bahwa ada orang Papua mendukung NKRI.
3. Orang Papua cemas tetapi ragu
Mereka memang cemas, dan selalu bertanya, “Kapan kita
merdeka?”
Keraguan terutama muncul karena dia sendiri tidak
punya pendirian, percaya diri sendiri.
Apalagi disodorkan dengan iklan-iklan kekuatan NKRI
dari sisi jumlah, ditambah dengan iklan dengan kekuatan militer dan kepolisian
dilengkapi dengan alat-alat militer yang serba-lengkap membuat orang Paupa yang
cemas-cemas kapan kita merdeka, tetapi mereka semakin merasa ragu setelah
melihat jumlah orang Indonesia begitu banyak dan kekuatan militernya begitu
ganas dan mematikan.
Orang Papua yang ragu bahwa West Papua akan atau pasti
merdeka ialah mereka yang sudah selasai dari perguruan tinggi, yang gelarnya
Sarjana Muda atau Sarjana. Pengetahuan mereka tidak seluas Indonesia, apalagi
seluas ASEAN atau Oceania, mereka hanya memahami Papua dan kampung halaman
mereka dan kantor di mana mereka bekerja. Mereka ini para raja di kolam kecil,
tetapi mereka merasa diri sebaga raja sejagat. Mereka sudah punya pekerjaan,
sudah punya gaji. Mereka ikuti geerak-langkah para pejuang Papua Merdeka,
mereka juga berada di dalam garis komando NKRI. Mereka mampu membandingkan
kekuatan kedua belah pihak. Makanya mereka tahu Papua harus merdeka, tetapi
mereka meragukan impian itu akan terwujud. Mereka berhitung satu tambah satu
samadengan dua, bukan satu atau tiga.
4. Orang Papua percaya tetapi tidak sepenuhnya yakin
Orang Papua ini satu kelas dengan “Orang Papua cemas
tetapi ragu” tetapi ditambah lagi dengan “tidak yakin”, bukannya ragu.
Dia percaya Papua itu pasti merdeka, cuma dia tidak
yakin bagaimana nanti kemerdekaan itu terwujud, di samping kekuatan dan jumlah
orang Indonesia yang melampaui kemampuan orang Papua dan perlengkapan untuk
perlawanan yang tersedia. Ia percaya, tetapi tidak sepenuhnya yakin karena dia
sendiri memikirkan perjuangan ini bagaikan sebuah Tim Sepakbola, seperti
misalnya antara Persipura dengan 1000 pemain melawan Persidafon dengan 10
pemain. Padahal sebuah pertandingan sepak bola tidaklah begitu. Ada ketentuan,
setiap klub harus menurunkan berapa orang dan berapa pemain yang bisa diganti,
dan peraturan lainnya. Ia menjadi tidak yakin karena ia tidak tahu.
Orang-orang ini juga hidup dalam dua prinsip,
mendoakan pemerintah NKRI, sekaligus mendoakan Papua Merdeka, karena
orang-orangnya ada di dalam pemerintah NKRI sebagai Camat, Bupati, dsb, dan
juga orang-orangnya yang lain ada berjuang untuk Papua Merdeka. Motto mereka
ialah, “Serahkan semuanya kepada Tuhan! Tuhan akan berkarya!”
Mereka bisa disebut kaum oportunis, tetapi tidak
sepenuhnya oportunis. Mereka juga tidak ragu, tetapi mereka sebenarnya tidak
sepenuhnya percaya.
5. Orang Papua yakin dan percaya tetapi tidak berani
Di atas yang cemas tapi ragu dan percaya tetapi tidak
yakin, ada orang Papua yang punya phobia, yaitu ‘takut mati’. Orang-orang Papua
ini kebanyakan dibayangi oleh “trauma masa lalu”, “memoria passionis” yang
kejam dan mengerikan di tangan NKRI.
Mereka sebenarnya mendukung Papua Merdeka tetapi
mereka sendiri tidak berani mengambil langkah atau mereka tidak mau terlibat
dalam perjuangan ini. Ada juga karena memiliki “phobia” tertentu yang
didasarkan kepada pengalaman sebelumnya atau cerita yang didengarnya dikaitkan
dengan bayangan-bayanngan yang akan muncul ketika Papua Merdeka.
Mereka inilah yang biasanya katakan, “Iyo, yang lain
berjuang dengan senjata, kita berjuang di dalam hati.” Tetapi mereka juga tidak
berdoa sebenarnya. Yang mereka katakan ialah “Saya takut kepada NKRI! Nanti
mereka tumpas kami habis kalau kita melawan mereka!”
6. Orang Papua yakin dan percaya dan berani tetapi
tidak tahu bagaimana melangkah
Ini golongan orang Papua terbanyak. Dan dari yang
terbanyak itu, hampir semua pejuang Papua Merdeka masuk ke dalam kategori ini.
Mereka yakin dan percaya bahwa Papua akan dan harus
merdeka. Mereka rela berkorban. Mereka berani bertindak. Mereka mau mati saat
ini juga. TETAPI, mereka sebenarnya “TIDAK TAHU BAGAIMANA MELANGKAH”.
Karena tidak tahu bagaimana melangkah, maka mereka
menjadikan isu Papua Merdeka untuk kegiatan dan tujuan lain yang menurut mereka
ialah demi Papua Merdeka. Tetapi apa dampaknya? Dampaknya justru mencelakakan
dan menghalangi perjuangan Papua Merdeka. Akibatnya justru menciptakan
faksi-faksi di dalam perjuangan Papua Merdeka. Akibatnya malahan menimbulkan
kekacauan dalam mengarahkan perjuangan ini.
Banyak tokoh yang muncul, banyak organisasi dibentuk,
banyak Panglima diangkat, banyak kongres dilakukan, banyak pemerintah (presiden
dan perdana menteri) diumumkan, banyak menteri, berhamburan kiri-kanan. Mereka
melakukan semua ini dengan militansi yang tinggi, dengan hitung-hitungan nyawa
sendiri, dengan resiko yang mereka tahu karena mereka berhadapan dengan NKRI
dan militernya. Tetapi semua yang dilakukan yang dianggap sebagai
langkah-langkah untuk Papua Merdeka itu justru merugikan perjuangan itu
sendiri.
Orang Papua jenis ini juga sering berganti baju.
Misalnya hari ini dia pergi hadir di KRP III, 2011, besoknya dia hadir dalam
bedah buku tentang West Papua di Jakarta, lusanya dia hadir dalam Kongres
TPN/OPM III di Vanimo, PNG, berikutnya dia hadir lagi dalam Peresmian Bupati
Lanji Jaya. Jadi mereka hadir di semua tempat, mencari tahu di mana sebenarnya
yang benar. Orang-orang ini membuat banyak sekali bekas kakinya, sehingga
mereka bisa disebut kelompok Bintang-14, kelompok WPNA, kelompok TPN/OPM,
kelompok TPN.PB, kelompok PDP/DAP, kelompok Pegunungan Tengah, Kelompok Mamta,
kelompok Merah-Putih, kelompok Biru-Putih, dan lainnya.
Orang Papua yang tidak tahu melangkah ini kebanyakan
bersandar kepada dua hal utama:
Pertama mereka bersandar kepada senjata. Mereka selalu
mencari senjata, berbicara tentang senjata, bergerak cepat kalau ada yang jual
senjata. Mereka mengira bahwa dengan senjata yang mereka beli itu mereka bisa
pakai untuk basmikan orang Indonesia, TNI dan polri dari Bumi Cenderawasih.
Yang kedua, mereka bersandar kepada Tuhan. Mereka
menekankan pertobatan total, penyembahan total kepada Tuhan, dengan
meninggalkan semua perang-perang, tindak kekerasan, pembunuhan. Mereka bilang,
“Bunuh satu orang Indonesia berarti kemerdekaan Papua tertunda 10 tahun, jadi
jangan kita main bunuh”.
Banyak dana dihabiskan, banyak nyawa melayang, banyak
waktu dan tenaga dihamburkan karena orang-orang Papua jenis ini selalu saja
mencari jalan, masih berputar-putar mencari jalan, untuk mewujudkan cita-cita
Papua Merdeka.
7. Orang Papua Papindo
Entah karena tidak percaya diri, cemas tapi ragu,
yakin dan percaya tetapi tidak tahu jalan, apa apa, jenis orang Papindo
dilatarbelakangi oleh sejumlah faktor, seperti disebutkan sebelumnya, tetapi
pada pokohnya mereka ini mengelompokkan dirinya ke dalam kaum Papindo dengan
alasan berikut:
7.1 Hanya karena dia perlu jabatan, nama besar, bukan
nama besar di dalam NKRI, tetapi nama besar di daerahnya, jadi kalau Papua
Merdeka tidak memberikan, maka dia merasa jalan terbaik saat ini buat dia ialah
membela NKRI
7.2 Karena sebagian darah mereka berasal dari
non-Papua, maka kalau Papua Merdeka justru dia dirugikan, maka dia membela
NKRI, walaupun pada saat yang sama dia memaki-maki NKRI karena banyak hak asasi
orang Papua dilanggar, yaitu termasuk hak asasinya sendiri. Dia terbelah dua
dalam pikiran dan perasaannya, maka pantas dia bernama Papindo.
7.3 Karena beristerikan atau bersuamikan orang
non-Papua maka mereka merasa bahwa kalau Papua Merdeka nantinya bini/ lakinya
terpisah dari dirinya, maka lebih baik mendukung NKRI, walaupun pada
waktu-waktu tertentu dia memarahi pasangan hidupnya bahwa negara/ bangsanya
melanggar HAM suku-bangsanya di Tanah Papua.
7.4 Karena mereka merasa kalau Papua Merdeka nanti
mereka sendiri akan dihabisi (ini terutama para keturunan pejuang Pepera dan
pejuang Merah-Putih).
Aliran perjuangan Papua Tanah Damai dan aliran orang
Papindo terutama muncul karena ada rasa takut yang besar terhadap orang Papua
dari Pegunungan Tengah. Ada yang bilang, “Aduh, jangan kasih senjata kepada
teman-teman dari gunung sudah, nanti mereka pakai bunuh dong pu orang sendiri.”
Ada juga yang bilang, “Kalau nanti merdeka, jangan orang-orang gunung pegang
senjata boleh!” Makanya muncul ide-ide Papua Tanah Damai supaya kemerdekaan itu
turun dari langit tanpa pertumpahan darah.
7.5 Ada kaum Papindo yang hanya sebatas Oportunis.
Mereka hanya dalam rangka cari makan, tidak ada kepentingan menentang atau
mendukung pihak manapun. Sepanjang mereka bisa dapat makan dan menjadi kaya
dari posisi itu, mereka optimalkan dan mereka garap itu sampai habis-habisan,
sampai menjadi kaya tanggung, menjadi mewah tanggung. NKRI tahu tetapi NKRI
juga perlu orang tanggung seperti ini. Pejuang Papua Merdeka sama sekali bukan
konsumen sampah seperti ini sehingga sering menentang kaum Papindo, bukan
karena mereka membenci orangnya tetapi karena menolak kelakuan bunglon seperti
itu.
7.6 Orang pensiunan, sekedar mencari makan sebelum ke
liang kubur. Jadi, ada orang Papua yang waktu mudanya menjadi pejuang Papua
Merdeka, tetapi karena dia harus mengakhiri hidupnya ke alam baka, maka dia
merasa bukan waktunya buat dia untuk berteriak Papua Merdeka lagi. Jalan
satu-satunya agar dia kembali ke kampung halamannya dan dikuburkan di tanah
leluhurnya ialah menyatakan mendukung NKRI.
Selain tujuh jenis di atas, berikut dua jenis orang
Papua yang disebabkan terutama oleh indoktrinasi pihak-pihak asing yang
menikmati hasilbumi Papua selama Papua berada di dalam NKRI, yang merupakan
pembelokan arti dan makna Kitab Sucidan doktrin sebenarnya dari agama modern
yang ada di Tanah Papua.
Sebenarnya ada sejumlah alasan mengapa mereka
mengatakan perjuangan Papua Merdeka itu tidak sesuai dengan ajaran doktrin
agama mereka. Pertama dan terutama, menurut pengetahuan real, para tokoh agama
itu punya sentimen pribadi terhadap para tokoh perjuangan Papua Merdeka.
Sentimen pribadi itu dialaskan dengan ajaran agamanya, pada saat yang sama dia
sebagai tokoh agama, maka pendapat sentimentil yang tidak ada hubungannya
dengan agama itu menjadi ajaran agama.
Kedua karena kebanyakan pejuang Papua Merdeka dianggap
terlibat dalam berbagai jenis dan tingkatan kasus asusila dan tidak sepenuhnya
menjalankan dogma agama yang dianut di kampung-halamannya. Misalnya dia tidak
pernah beribadah di gereja atau ibadah keluarga. Para aktivis Papua Merdeka
juga dianggap sebagai pembangkang dan penentang tatanan mapan yang sudah ada.
Dalam jiwa para pejuang ada “jiwa pembereontakan”, yaitu pemberontakan terhadap
yang telah ada selama ini. Sehingga mereka menganggap isu yang didukung para orang
“Kristen” atau “Islam” itu tidak pantas didukung oleh orang Kristen atau orang
Islam.
8. Orang Papua merasa perjuangan Papua Merdeka
menentang Pemerintah
Ada sejumlah alasan yang sering mereka kemukakan
dengan mencap perjuangan Papua Merdeka sebagai tindakan menentang pemerintah.
8.1 Karena pemberontakan terhadap pemerintah NKRI
artinya perlawanan terhadap kemapanan; sehingga mereka yang suka atau menikmati
kemapanan itu ikut terusik;
8.2 Karena dia sebenarnya tidak paham arti ayat atau
pasal Kitab Suci yang mengajarkan tentang ketaatan kepada Pemerintah dimaksud.
Bagaimana kalau nantinya West Papua memiliki pemerintah sendiri, apakah mereka
akan mengatakan kita harus tunduk kepada pemerintah NKRI dan bukan kepada
pemerintah West Papua? Apa yang mereka katakan tentang pemerintah Timor Leste
yang jelas-jelas telah menentang pemerintah NKRI dan membentuk pemerintahannya
sendiri?
9. Politik “Papua Merdeka” merupakan Wujud Dosa (atau
Ikut Papua Merdeka berarti Berdosa).
Banyak penginjil, pemimpin atau pejabat gereja,
gembala sidang, khsusunya di Pegunungan Tengah Papua dipecat (disiasat) karena
mendukung Papua Merdeka dengan dalil bahwa mereka berpolitik, maka itu dosa.
Jadi, siapa saja yang terlibat di dalam perjuangan Papua Merdeka dianggap
sebagai tindakan “dosa”.
Padahal pada waktu yang sama mereka mendoakan sang
Presiden, Gubernur, Bupati, dan Camat. Mereka juga datang ke kantor-kantor
pemerintah NKRI membicarakan Pilkada dan Pemilukada. Mereka menerima uang dari
pemerintah untuk meloloskan bakal calon tertentu atau memenangkan partai
politik NKRI tertentu.
10. Orang Papua yang Tahu, Yakin, Percaya, Berani dan
Berpendirian Teguh
Orang ini dia:
10.1 Yakin dan Percaya Papua pasti dan harus merdeka;
10.2 Berani mengambil langkah dan tindakan yang punya
resiko sampai mengancam nyawanya sekalipun.
10.2 Berpegang teguh kepada pendiriannya, tidak mudah
dibujuk dengan jabatan, duit, perempuan atau kejayaan apapun selain kemerdekaan
bangsa dan tanah airnya. Biarpun nantinya orang Papua menjadi melarat dan
menderita setelah Papua Merdeka, bukan itu yang dicarinya. Yang dicarinya bukan
kekayaan, bukan kemewahan, bukan kemakmuran, tetapi hanya satu: kemerdekaan,
kedaulatan, terlepas dari belenggu penjajahan negara dan bangsa asing.
10. Di atas semuanya, “DIA TAHU”
*Dia tahu mengapa Papua harus merdeka,
*dia tahu mengapa Papua pasti merdeka, dan di atasnya,
*di tahu bagaimana mencapai kemerdekaan itu.
Oleh karena itu pendiriannya, langkahnya, sikapnya dan
perjuangannya tidak tergoyahkan oleh tawaran dialogue, tawaran Otsus, tawaran
kedudukan di dalam pemerintahan NKRI, atau apapun. Dia bersiteguh, “Papua
Merdeka Harga Mati!”
*Siapakah Anda?
*Mengapa Anda menjadi seperti siapa Anda sekarang?
*Adakah peluang untuk Anda berubah Mendukung Papua
Merdeka seperti George Junus Aditjondro?
Kalau George Junus Aditjondro jelas-jelas merupakan
orang jenis ke-10 tadi. Dia tahu mengapa Papua harus dan pasti merdeka, dan dia
tahu bagaimana mencapai kemerdekaan itu. Dia tidak ada di ruang mencari-cari,
mengira-ngira, mencoba-coba, meraba-raba. Dia ada di barisan kepastian.
Kepastian itu bahwa Papua Pasti Merdeka, karena Papua Harus Merdeka.
Penulis: Dr. George Junus Aditjondro
Penulis: Dr. George Junus Aditjondro