Mahasiswa joga sambut Positif B SI, Serukan Reformasi jilid II |
JOGYA, PACEKRIBO - Ratusan
Mahasiswa dari berbagai kampus dan organisasi mahasiswa di daerah Yogyakarta
mulai melakukan konsolidasi seiring adanya himbauan dari Badan Eksektif
Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) yang akan menggelar aksi unjuk rasa pada
(12/1/2017) mendatang.
Moh. Latif Santoso, salah satu
mahasiswa yang terlibat dalam konsolidasi itu mengatakan, menyambut baik jika
mahasiswa mulai bangkit spiritnya untuk membela rakyat yang tertindas.
Kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat, kata Latif, menjadi
harusan bagi mahasiswa untuk mengkritisinya.
“Kita menyambut baik himbauan BEM SI ini. Demo di jalan dijamin oleh peraturan perundang-undangan. Sprit kita di sini adalah perubahan. Dan tidak menutup kemungkinan aksi demontrasi besar-besaran melededak di jogjakarta, menuntut pemerintahan jokowi yang terbukti gagal. Mahasiswa jogja sedang melakukan diskusi dan konsolidasi terkait persoalan kebangsaan dan keummatan hari ini, bisa jadi ini bom waktu,” ujar Latif kepada Publik-News.com, Senin (9/1/2016).
Latif mengaku senang jika mahasiswa
tidak apatis dalam membaca realitas yang terjadi di negara ini. Menyampaikan
aspirasi kepada pemerintah dengan cara aksi unjuk rasa, kata dia, harus menjadi
ritual yang dilestarikan. Mahasiswa sebagai bagian dari kaum muda dalam tatanan
masyarakat yang mau tidak mau pasti terlibat langsung dalam tiap fenomena
sosial, harus mampu mengimplementasikan kemampuan keilmuannya dalam akselerasi
perubahan keumatan ke arah berkeadaban.
”Kita sebagai mahasiswa yang
memiliki peran dan fungsi Agent of change, Social control, Iron stock, Moral
force, mewajibkan akan keterlibatan seluruh mahasiswa dalam melakukan kontrol
terdap pemerintah dan melakukan transformasi sebagai penyambung lidah
masyarakat,” ucapnya.
Mahasiswa yang memiliki pikiran
rasional, objektif , dan independen merupakan suatu idealisme yang kuat sebagai
suatu kebenaran yang diyakini murni dari pribadi seseorang dan tidak
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang dapat menggeser makna kebenaran
tersebut.
”Jadi sebetulnya itu merupakan
indikator bahwa kita meminjam bukan untuk investasi, tapi meminjam untuk
keperluan men-service utang masa lalu, kata Menteri Keuangan 2016 lalu,”
pungkas dia.
Mahasiswa dari Universitas Islam
Indonesia (UII) ini juga melihat bahwa kinerja pemerintah tidak mampu mengelola
negara dan sumber daya alamnya. Maka dari itu, wajar jika krisis multidimensi
datang silih berganti dan mengundang kekhawatiran dari kalangan masyarakat. ”
“Kenaikan tarif biaya STNK, BPKB,
SIM, disusul kenaikan harga BBM dan ditambah tingginya harga cabai hingga
mencapai 200ribu lebih, dianggap menjadi bukti nyata ketidak berhasilan Jokowi
memimpin Indonesia,” lanjutnya (publiknews.com)