Stop kekerasan di Tanah Papua. Foto stef. |
“STOP KEKERASAN APARAT DI DOGIYAI DAN HENTIKAN JERATAN PASAL MAKAR TERHADAP 6 AKTIVISWEST PAPUA”
JATIM, PACEKRIBO - Kekerasan
di Papua dari tahun ketahun terus terjadi, kehadiran aparat di tanah papua
hanya menciptakan ketidaknyamanan bagi rakyat West Papua. Operasi-operasi terus
dilakukan oleh aparat gabungan TNI-Polri, operasi SADAR 1965-1967, Operasi
Brathayudha 1967, Operasi Wibawa 1969, Operasi Militer 1 Jayawijaya 1977,
Operasi Sapu Bersih I dan II 1981, Operasi SapuTumpas 1985, Operasi Militer di
Mapenduma 1996, dan Operasi Operasi tersembunyi lainnya di Papua di Meeuwodide.
Sejak bulan September 2016 Tim Gabungan Giat Operasi Mantap
Praja GOMPRA sudah aktif melakukan Sweeping di atas Jembatan Kali Tuka
Moanemani Distrik Kamuu kabupaten Dogiyai.
Tim Gabungan tersebut dikirim dari Kepolisian Daerah Papua (POLDA Papua) untuk menjaga Keamanan dan Ketertiban Masyarakat Dogiyai dalam rangka pengamanan Pemilihan Kepala Daerah
Tim Gabungan tersebut dikirim dari Kepolisian Daerah Papua (POLDA Papua) untuk menjaga Keamanan dan Ketertiban Masyarakat Dogiyai dalam rangka pengamanan Pemilihan Kepala Daerah
Tim Gabungan GOMPRA yang diutus POLDA Papua, skdi sweeping yang di lakuakan oleh tim gabungan di Kabupaten Dogiyai dinilai tidak berkaitan dengan Penertiban PILKADA sama sekali.
1. Aksi Sweeping Yang
Dijalankan Tim Gabungan GOMPRA.
a. Sweeping AlatTajam
Selama lima bulan, setiap pagi mulai pukul 07:00 – 09:30
diatas Jembatan Kali Tuka Tim Gabungan aktif memeriksa segala bentuk Alat Tajam
terhadap masyarakat dan Aparat Sipil Negara (ASN) yang berpakaian dinas
sekalipun. Bentuk pemeriksaan yang dilakukan oleh tim gabungan adalah mereka
menyuruh masyarakat untuk membuka Tas, Noken, Saku Baju, Celana, Jok Motor dan
Mobil lalu mengambil semua alat tajam yang ada. Alat Tajam yang diperiksa
seperti Silet, Cuter, Pisau, Parang, Sabit, Kampak, Kartapel dan Anak Panah.
b. Sweeping Atribut Papua Merdeka
Selain Tim Gabungan Giat Operasi Mantap Praja melakukan
sweeping alat tajam, mereka juga melakukan pemeriksaan Handphone dan Laptop.
Bila dalam Handphone dan Laktop itu kedapatan Gambar BintangFajar/Kejora,
Edit-Editan Bintang Kejora, Lagu-Lagu Papua, Berita Berita Papua, Video
tentang Papua, Foto berbaur Papua, masyarakat yang selalu mengenakan pakaian
tentang Papua, Tokoh Papua, dll semuanya ini disita habis-habisan dan
dipukul
c. Sweeping Aktivis Ham
Bagian yang ketiga tentang aktivis HAM ini tidak hanya saat
sweeping tetapi setiap hari dan dimana mereka berada selalu mereka kejar
sehingga selalu ruang gerak bagi Aktivis HAM di Dogiyai dipersempit. Hukum untuk
Hidup bebas dan ruang untuk berekpresi bebas dimuka public atau masyarakat
sangat tertutup mati sehingga Dogiyai saat ini seakan hidup dalam Orde Lama dan
Orde Baru.
d. Sweeping Rambut Gimbal
Sweeping yang ke empat ini merasa aneh tetapi nyata dalam
hidupnya bahwa dalam sweepingnya kedapatan masyarakat yang kumisnya panjang dan
rambutnya Gimbal ditahan dan di interogasi Polisi dan Brimob.
Jika ada balasan dari masyarakat berarti dipukul babak belur hingga darah keluar bahkan
hilangnya nyawa
e. Sweeping Uang
Pasar Utama di kabupaten Dogiyai itu terletak
di Moanemani sehingga pusat pembelanjaan itu juga terjadi
di Pasar Moanemani. Semua transaksi barang ini harus menggunakan Uang untuk membeli barang.
Masyarakat yang dating ke Pasar Moanemani mereka harus membawa Uang dalam dompet mereka
agar pulang membawa dengan hasil belanjaan, tetapi Polisi dan Brimob di
Dogiyai ini sangat Aneh benar. Semua uang yang dibawa masyarakat untuk belanja barang itupun diambil
Tim Gabungan Giat Operasi Mantap Praja di Dogiyai.
f. Sweeping Orang Mabuk
Tahun 2016 merupakan Tahun Korban Minuman Keras
(Miras) disetiap minggu oleh Minuman Alkohol Oplosan.
Penjual Minuman Alkohol Oplosan tersebut dilindungi mati oleh Polisi dan Brimob
yang bertugas di Dogiyai, sementara pemuda pemuda Asli Dogiyai
yang mengkomsumsi minuman keras ditembaki mati di tempat seolah-olah pemuda pemuda asli
di Dogiyai ini binatang. Dalam tahun 2017 bulan pertama saja sudah puluhan Pemuda Asli Dogiyai
yang mengkomsumsi Minuman Keras Beralkohol ditembakmati dan dipukul babak belur dijalan.
Di lihat dari bentuk-bentuk Aksi sweeping
tersebut bukan menciptakan suasana yang aman bagi masyarakat tetapi
mala mengorbankan rakyat dari harta benda sampai penghilangan nyawa manusia
Korban yang meninggal :
Pertama: Melkias Dogomousai ditahan polisi.
Ia ditahan sel tahanan Mapolsek di Moanemani, Dogiyai
23 Desember 2016 lalu. Selama di tahan beberapa jam di Polsek Moanemani,
Polisi sempat siksa bahkan memasukkan pangkal senjata tempat keluar peluru ke dalam mulutnya.
Sore harinya dia dipulangkan kerumah. Sampai di rumah, Melkias Dogomo jatuh sakit hingga meninggal
7 Januari lalu.
Kedua: Otis Pekei disiksa polisi, Selasa
(10/01/2016) mulai dari Kali Tuka hingga tiba di
Polsek Moanemani. Saat itu, Otis Pekei sedang menuju ke Nabire.
Namun, ia di tahan di Jembatan Kali Tuka. Pekei disiksa selama ditahan. Pekei dikeluarkan dari Mapolsek Moanemani dalam keadaan tak bernyawa sekitar pukul
15.00 WIT dan dikembalikan kekeluarganya.
Korban Luka 10 Januari 2017
1. Hendrik Bobi Mahasiswa UNIPA (bibir pecah)
2. Neles Adii (luka sobek di kepala)
3. PigaiMabii (luka lebam di mata)
Nama Korban jumat,
20/01/2017
1. Nolasius Douw (Bibir picah)
2. FerdinanTebai (Pelipis Mata, Kepala, dan Mukanya Bocor)
3. Deserius HJ Goo (Kepala bocor, pelipis )
4. Diakon Alexs Pigai (Dahi pica luka-luka)
Kebebasan menyempaikan pendapat
di muka umum adalah amanat konstitusi
yang harus di jalankan secara bersama namun pada prakteknya sebagaimana kita lihat masih banyak pelanggaran dengan berbagai macam bentuknya,
apa lagi rakyat West Papua. Terjadinya pelanggaran tersebut merupakan ceriminan dari kemunduran demokrasi.
Kebebasan menyampaikan pendapat oleh rakyat papua selalu mendapatkan tindakan kekerasan apalagi gerakan memperingati hari-hari besar
di Papua maupun diluar Papua pasti saja terjadi pembubaran dan penangkapan,
terjadinya penangkapan 6 aktivis papua saat melakukan aksi memperingati trikora pada
19 desember lalu, 6 orang tersebut aktivis KNPB di manado 4 orang di
jayapura 2 orang, oleh karena itu kami dari Aliansi Mahasiswa Papua
(AMP) menyatakan sikap:
1.
Copot kapolsek nabire dan kapolsek Dogiyai
2.
Hapuskan pasal makar.
3.
Tarik pasukan gabungan dari Dogiyai
4.
Hentikan jeratan
pasal makar terhadap 6 aktivis West Papua (Hiskia Meage, Eman Ukago, William Wim, Panus Hesegem, Hosea
Yeimo, Ismail Alua).
5.
Tarik pasukan organic dan non organic dari seluruh tanah
Papua
6.
Hak menentukan nasib sendiri sebagai solusi demokratis bagi rak
at dan bangsa Papua
7.
Menuntut komnas HAM melakukan Investigasi untuk mengunkit kekerasan dan
8.
Buka kesempatan bagi jurnalis internasional untuk melakukan peliputan
di Papua
9.
Stop kekerasan terhadap rakyat dan bangsa
Papua
Demikian pernyataan sikap kami Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) KK Malang - Surabaya, Mengucapkan banyak terima kasih kepada kawan-kawan jurnalis serta semua pihak yang berpatispasi dalam aksi massa
Malang, 26
Januari 2017.
Jubir
( Wilson Nawipa )