Ilustrasi |
PACEKRIBO - Mungkin kita pernah membaca kalimat "Jangan lupa bahagia" yang dipasang pada gambar tampilan media sosial milik kerabat atau saudara kita. Kerap kali pula kalimat ini kita dengar dari sahabat kita ketika kita tengah menghadapi pergumulan. Kalimat ini mengingatkan kita untuk berbahagia meskipun saya sendiri kurang memahami apa yang menjadi ukuran kebahagiaan yang dimaksudkan dalam kalimat itu.
Acap kali kita menilai kebahagiaan orang lain menurut ukuran kebahagiaan kita. Apakah orang lain bisa berbahagia jika hari ini mereka makan nasi dengan lauk tempe? Atau apakah orang lain bisa berbahagia jika mereka sedang menderita sakit? Dan sebagainya. Ukuran kebahagiaan yang kita miliki lebih condong kepada ukuran kebahagiaan duniawi, bukan kebahagiaan menurut firman Tuhan.
Firman Tuhan menunjukkan jalan menuju kebahagiaan. Bersyukur dalam segala hal, itulah salah satu hal yang membuka pintu menuju bahagia. Kaya atau miskin, sehat atau sakit, siapa pun kita, tidak perlu berusaha mencari kebahagiaan. Kebahagiaan sejati berawal dari rasa syukur atas apa pun yang kita miliki dalam segala situasi dan kondisi. Kita dapat bersyukur dalam segala hal dan keadaan ketika kita menyadari bahwa hidup kita ada dalam kontrol dan penyertaan Tuhan (1 Tes. 5:9-10).
Rasa syukur semacam itu akan membuahkan kebahagiaan. Apa pun yang dimiliki, apa pun yang diterima, segalanya disyukuri sebagai wujud kemurahan Tuhan. Jika Tuhan mengendalikan dan menyertai hidup kita, apa alasan kita untuk tidak berbahagia?.
KEBAHAGIAAN TERCIPTA SAAT KITA MAMPU BERSYUKUR
ATAS PENYERTAAN-NYA DALAM SEGALA SITUASI DAN KONDISI.
0 comments:
Post a Comment
Gunakan kata-kata yang baik, sopan dan santun.
Dilarang keras Komentar yang berbau SARA, Pornografi, Pelecehan dan Kekerasan.
Orang Pintar Pasti Komentar Yang Berkualitas.