(Ilustrasi foto, Dok) |
JAYAPURA, PACEKRIBO - Pendidikan merupakan kebutuhan
sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan
dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan
manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian
pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang
berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan
moral yang baik.
Tujuan
pendidikan yang kita harapkan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia papua seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap,
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Pendidikan
harus mampu mempersiapkan masyarakatnya agar dapat berperan aktif
dalam seluruh lapangan kehidupan, cerdas, aktif, kreatif, terampil, jujur,
berdisiplin dan bermoral tinggi, demokratis, dan toleran dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bukannya perpecahan.
Mempertimbangkan
pendidikan anak-anak dipapua sama dengan mempersiapkan generasi yang akan
datang untuk mengelola Sumber Daya Alam yang ada dipapua. Hati seorang anak
bagaikan sebuah plat fotografik yang tidak bergambar apa-apa, siap
merefleksikan semua yang ditampakkan padanya.
Empat pilar
pendidikan sekarang dan masa depan yang dicanangkan oleh UNESCO yang perlu kita
lihat dan dikembangkan dipapua, lembaga pendidikan formal, yaitu:
1. learning to Know (belajar untuk
mengetahui),
2. l learning to do (belajar
untuk melakukan sesuatu) dalam hal ini kita dituntut untuk terampil dalam
melakukan sesuatu,
3. learning to be (belajar untuk
menjadi seseorang), dan
4. learning to live together (belajar
untuk menjalani kehidupan bersama).
Empat pilar
pendidikan yang dikeluarkan oleh UNESCO ini merupakan cikal-bakal pemerintah
papua yang selama ini buta dengan perkembangan-perkembangan tersebut. dan lebih
khusus lagi dinas pendidikan, dalam rangka merealisasikan learning to
know, Guru seyogyanya berfungsi sebagai fasilitator. Di samping itu guru
dituntut untuk dapat berperan sebagai teman sejawat dalam berdialog dengan
siswa dalam mengembangkan penguasaan pengetahuan maupun ilmu tertentu.
Learning to
do (belajar untuk melakukan sesuatu) akan bisa berjalan jika sekolah
memfasilitasi siswa untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimilikinya,
serta bakat dan minatnya. Walaupun bakat dan minat anak banyak dipengaruhi
unsur keturunan namun tumbuh berkembangnya bakat dan minat tergantung pada
lingkungannya. Keterampilan dapat digunakan untuk menopang kehidupan seseorang
bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan dalam
mendukung keberhasilan kehidupan seseorang.
Pendidikan
yang diterapkan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau kebutuhan dari
daerah tempat dilangsungkan pendidikan. Unsur muatan lokal yang dikembangkan
harus sesuai dengan kebutuhan daerah setempat.
learning to
be (belajar untuk menjadi seseorang) erat hubungannya dengan bakat dan minat,
perkembangan fisik dan kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi
lingkungannya. Bagi anak yang agresif, proses pengembangan diri akan berjalan
bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Sebaliknya bagi anak yang
pasif, peran guru dan guru sebagai pengarah sekaligus fasilitator sangat
dibutuhkan untuk pengembangan diri siswa secara maksimal khususnya di papua
saat ini.
Kebiasaan
hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima (take and
give), perlu ditumbuhkembangkan. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya
proses “learning to live together” (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).
Penerapan pilar keempat ini dirasakan makin penting dalam era globalisasi/era
persaingan global. Perlu pemupukkan sikap saling pengertian antar ras, suku,
dan agama agar tidak menimbulkan berbagai pertentangan yang bersumber pada
hal-hal tersebut.
Dengan
demikian, tuntutan pendidikan sekarang dan masa depan harus diarahkan pada
peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap,
kepribadian dan moral manusia papua pada umumnya. Dengan kemampuan dan sikap
manusia papua yang demikian diharapkan dapat mendudukkan diri secara
bermartabat di masyarakat papua di era globalisasi saat ini.
Mengenai
kecenderungan merosotnya pencapaian hasil pendidikan selama ini, langkah
antisipatif yang perlu ditempuh adalah mengupayakan peningkatan partisipasi
masyarakat terhadap dunia pendidikan, peningkatan kualitas dan relevansi
pendidikan, serta perbaikan manajemen di setiap jenjang, jalur, dan jenis
pendidikan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerah, khususnya di papua
dikaji lebih dulu kondisi obyektif dari unsur-unsur yang terkait pada mutu
pendidikan, yaitu:
1. Bagaimana kondisi gurunya?
(persebaran, kualifikasi, kompetensi penguasaan materi, kompetensi
pembelajaran, kompetensi sosial-personal, tingkat kesejahteraan);
2. Bagaimana kurikulum disikapi dan
diperlakukan oleh guru dan pejabat pendidikan daerah?;
3. Bagaimana bahan belajar yang dipakai
oleh siswa dan guru? (proporsi buku dengan siswa, kualitas buku pelajaran);
4. Apa saja yang dirujuk sebagai sumber
belajar oleh guru dan siswa?;
5. Bagaimana kondisi prasarana belajar
yang ada?;
6. Adakah sarana pendukung belajar
lainnya? (jaringan sekolah dan masyarakat, jaringan antarsekolah, jaringan
sekolah dengan pusat-pusat informasi);
7. Bagaimana kondisi iklim belajar yang
ada saat ini?.
Mutu
pendidikan dapat ditingkatkan dengan melakukan serangkaian pembenahan terhadap
segala persoalan yang dihadapi. Pembenahan itu dapat berupa pembenahan terhadap
kurikulum pendidikan yang dapat memberikan kemampuan dan keterampilan dasar
minimal, menerapkan konsep belajar tuntas dan membangkitkan sikap kreatif,
demokratis dan mandiri. Perlu diidentifikasi unsur-unsur yang ada di daerah
Sorong-Merauke yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi proses peningkatan
mutu pendidikan, selain pemerintah daerah, misalnya kelompok pakar, paguyuban
mahasiswa, lembaga swadaya masyarakat daerah, perguruan tinggi, organisasi
massa, organisasi politik, pusat penerbitan, studio radio/TV daerah, media
masa/cetak daerah, situs internet, dan sanggar belajar.