Solidaritas melanesia |
Oleh: Julia Opki
PACEKRIBO - Perempuan sangat identik dengan
keindahan dan kelemah lembutan, hal ini yang membuat para lelaki selalu
menganggap perempuan adalah makhluk yang kodratnya lebih rendah dibanding para
lelaki, sehingga kadang mereka mengesampingkan hak perempuan dalam segala hal.
Inilah yang paling sering dialami oleh para perempuan
Papua, yang lahir dari budaya yang bisa dibilang menomor duakan hak-hak
perempuan, memang tak bisa dipungkiri bahwa budaya adalah hal dasar yang sangat
melekat pada kehidupan setiap suku bangsa, terutama bangsa Papua yang masih
memegang teguh nilai-nilai budaya yang ada.
Mungkin inilah yang menjadi penyebab terjadinya
penindasan perempuan Papua yang masih sering terjadi hingga sekarang. Mulai itu
dari hal-hal sepele dalam rumah tangga seperti mencuci piring, menyapu rumah
yang dianggap harus selalu dikerjakan oleh perempuan, kemudian pemilihan
pekerjaan yang menomor duakan perempuan sampai KDRT yang paling sering dialami
oleh perempuan Papua.
Kenyataan ini sejatinya tidak dipahami oleh perempuan Papua yang umumnya hanya dapat menerima kondisi ini sebagai suatu takdir yang diperuntukan secara turun-temurun, sehingga kebanyakan dari kaum perempuan Papua selalu pasrah dan menerima apa adanya status dan kedudukannya hanya sebagai pelengkap dan pendamping laki-laki.
Budaya pasrah dan selalu menerima kodratnya sebagai
perempuan yang hanya sekedar sebagai pelengkap bagi laki-laki telah mendarah
daging dalam diri perempuan Papua melalui ajaran-ajaran adat juga
pandangan-pandangan religius yang menenggelamkan batin perempuan Papua pada
harapan-harapan subjektif akan kehidupan yang lebih baik dalam kesetaraan di
dunia akhirat. Sehingga perjuangan-perjuangan kongkrit bagi pembebasan
perempuan Papua saat ini menjadi terabaikan.
Ingatlah bahwa di Papua yang paling banyak mengalami
penindasan adalah kaum perempuan, entah itu pemerkosaan, pemukulan, dinomor
duakan dalam tatanan sosial (tidak mewariskan marga), kemudian para TNI/Polri
yang mendekati dan merayu para perempuan Papua kemudian menghamili lalu
menelantarkan perempuan serta anaknya tanpa rasa bersalah sedikit pun.
Dengan adanya alasan hal-hal di atas perlu kesadaran
dan pemahaman dari setiap orang Papua bahwa Papua hanya bisa berevolusi dengan
adanya kedudukan yang sama antara perempuan dan laki-laki Papua dalam segala
hal. Kita sebagai kaum yang terdidik pada massa yang sangat modern harus berani
menjadi pemula dalam menghadapi situasi ini. Kita harus memahami dan merubah
semuanya dengan melihat dan menerapkan contoh dari Negara-negara maju di mana
kaum perempuan dapat berkarier sesuai dengan keinginannya tetapi tak melepaskan
tanggung jawabnya dalam rumah tangga.
Menyadari akan pentingnya perjuangan pembebasan
perempuan Papua dari ketertindasan dan diskriminasi yang diwujudkan dalam
praktek birokrasi kapitalistik saat ini di Papua, adalah peluang yang harus
dimanfaatkan untuk menyuarakan tentang pentingnya keterlibatan perempuan Papua
dalam segala bidang dan mewujudkan kesederajatan dari peminggiran terhadap
hak-hak perempuan Papua sebagai bagian dari sektor kelas tertindas rakyat Papua
lainnya.
Sehingga harus ada perubahan dari diri kita sendiri
sebagai perempuan Papua, kita harus menghargai diri kita sendiri dengan
mengubah pola pikir kita bahwa kita selalu dinomor duakan, kita harus
membuktikan bahwa kita bisa bersaing dengan laki-laki. Jangan menindas diri
kita dengan pemikiran kita yang salah. Kita harus merubah nilai yang telah
tertanam dari dulu dan harus mengangkat dan mengharumkan nama perempuan Papua.
Kita harus bangga dan menghormati kodrat kita sebagai
perempuan Papua yang dilahirkan pada bangsa yang kaum wanitanya dinomor duakan
karena Tuhan tahu kita adalah perempuan-perempuan yang luar biasa, perempuan
yang bermental lebih kuat dari yang lain karena kita pasti mampu menyelesaikan
semua masalah-masalah penindasan Perempuan yang ada di tanah Papua, entah itu
pemerkosaan, kekerasan dalam rumah tangga, dinomor duakan dalam tatanan sosial.
Tuhan selalu mempunyai rencana yang indah pada
waktunya, tergantung bagaimana cara kita untuk tetap bertahan dan berusaha
memperjuangkan hak-hak kita sebagai perempuan, karena setiap perjuangan kita
akan selalu diperhitungkan oleh-Nya.
Kita harus melakukan suatu bukti nyata untuk
mengakhiri semua penindasan Perempuan yang ada di Papua. Perempuan Papua harus
bersatu dan menyuarakan dengan lantang tentang masalah-masalah penindasan
perempuan yang ada di Papua agar kita dapat mengubah stigma yang selama ini
dibangun oleh masyarakat Papua. Serta harus melakukan sosialisasi kepada
perempuan-perempuan Papua yang masih terbelenggu dengan penindasan yang terjadi
serta juga yang menindas diri mereka sendiri dengan pikirannya yang masih
terikat dengan pemahaman yang salah.
Masalah Papua adalah masalah yang sangat kompleks
sehingga dibutuhkan perjuangan dari setiap kita orang Papua, terutama kita
perempuan Papua agar ada kesetaraan yang membuat kita bisa bersatu dan
melangkah bersama-sama. Mari kita bersama memajukan perempuan Papua, karena
tanpa perempuan dalam perjuangan Papua, revolusi tidak akan terjadi di tanah
Papua.
Penulis adalah aktivis perempuan Papua
Tulisan ini pernah dimuat di ampnews.org.
0 comments:
Post a Comment
Gunakan kata-kata yang baik, sopan dan santun.
Dilarang keras Komentar yang berbau SARA, Pornografi, Pelecehan dan Kekerasan.
Orang Pintar Pasti Komentar Yang Berkualitas.