Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Reuters.com) |
JAKARTA, PACEKRIBO - Terpilihnya
Antonio Guterres sebagai Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (Sekjen
PBB) dalam sidang Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat, Kamis
(13/10/2016) lalu, disambut baik Lembaga Penelitian, Pengkajian dan
Pengembangan Bantuan Hukum (LP3BH) Manokwari yang berharap ada perubahan bagi
persoalan hak asasi manusia (HAM) di Tanah Papua.
Selain
menyampaikan selamat dan sukses kepada Antonio Guterres, Yan Christian
Warinussy, direktur eksekutif LP3BH, mengatakan, mantan perdana menteri
Portugal yang dipilih secara aklamasi oleh 193 negara anggota PBB itu
diharapkan sebagai “angin segar” bagi rakyat Papua, terutama perlindungan HAM.
“LP3BH
sebagai organisasi masyarakat sipil (OMS) dan advokasi hak asasi manusia di
Tanah Papua, menyambut terpilihnya Antonio Guterres dengan harapan dapat
merespon secara positif situasi hak asasi manusia yang sangat buruk sepanjang
lebih dari 50 tahun di Tanah Papua,” ungkap Warinussy, dalam press release yang
diterima media ini, Senin (17/10/2016).
Menaruh
harapan besar baginya karena hal itu sebagaimana telah digambarkan dan
disampaikan dalam pidato dari tujuh pemimpin dan utusan khusus negara-negara
Pasifik seperti Vanuatu, Nauru, Kepulauan Solomon, Kepulauan Marshall, Tonga,
Tuvalu, dan Palau.
Advokat
dan Pembela HAM di Tanah Papua ini lebih lanjut menjelaskan, dalam pidato dari
tujuh pemimpin dan utusan negara-negara Pasifik intinya meminta agar PBB
melalui Majelis Umum dan Sekjen PBB melakukan investigasi atas dugaan
pelanggaran HAM dan mengirimkan Pelapor Khusus soal anti penyiksaan dan
kebebasan berekspresi masuk ke Papua Barat.
Menurut
pandangan Warinussy, Sekjen PBB yang baru terpilih itu tentu berada pada posisi
yang strategis dan sangat menentukan dalam konteks perlindungan hak asasi
manusia dari kurang lebih 2 juta orang asli Papua yang kini sedang terancam
secara fisik dan psikis di atas tanah airnya sendiri, akibat model pendekatan
keamanan (security approach) yang terus ditingkatkan dari waktu ke waktu oleh
Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
“Tidak
adanya respon yang jelas dan jujur dari Pemerintah Indonesia dalam menyikapi
upaya penyelesaian masalah pelanggaran HAM di Tanah Papua sepanjang lebih dari
50 tahun berdasar hukum, telah cukup menjadi argumen yang mendasar dan utama
bagi LP3BH Manokwari untuk meminta perhatian Sekjen PBB terhadap situasi
pelanggaran HAM di Tanah Papua yang terus berlangsung hingga hari ini,” jelas
peraih penghargaan Internasional di Bidang HAM “John Humphrey Freedom Award”
Tahun 2005 di Montreal-Canada ini.
“Sangat
tepat jika Sekjen PBB Antonio Guterres dapat mendukung dan mendorong lahirnya
Resolusi Majelis Umum PBB untuk mengirimkan misi pencari fakta dan pelapor
khusus, demi kepentingan investigasi kemanusiaan yang netral, transparan,
imparsial dan adil terhadap situasi pelanggaran HAM di Tanah Papua sebelum
akhir tahun 2016 ini,” tandasnya.
Siapa
Antonio Guterres?
Ia
dikenal sebagai advokat yang konsisten terhadap demokrasi dan perdamaian.
Sebelumnya,
selepas Perdana Menteri Portugal dari tahun 1995-2002, ia menjabat sebagai
Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) pada 2005-2015.
Antonio
Guterres juga disebut-sebut punya jasa besar bagi Timor Timur. Ia sosok penting
bagi perjuangan kemerdekaan Timor Timur.
Ban
ki-Moon menjabat Sekjen PBB dua periode atau sepuluh tahun, akan mengakhiri
masa jabatannya pada akhir tahun ini. Selanjutnya per 1 Januari 2017, Antonio
Guterres secara resmi memulai menjalankan tugasnya. (Mary Monireng)
0 comments:
Post a Comment
Gunakan kata-kata yang baik, sopan dan santun.
Dilarang keras Komentar yang berbau SARA, Pornografi, Pelecehan dan Kekerasan.
Orang Pintar Pasti Komentar Yang Berkualitas.